harga genset murah

Awas! Australia Mulai Main Api (lagi) di Papua


Waktu kecil saya punya teman, namanya Badru. Di antara teman sepermainan kita Badru ini badannya paling besar. Sudah bisa ditebak si Badru ini pelaku bullying. Hobi si Badru setiap hari adalah iseng mengganggu anak tetangga. Si Badru paling tidak suka melihat anak tetangga yang anteng main sendiri. Dengan segala cara si Badru mengganggunya. Memang nakal sekali si Badru.


Nah, saat saya membaca pemberitaan soal Australia-Indonesia belakangan ini, saya kok jadi ingat si Badru, ya. Aussi kok lama-lama mirip si Badru. Sukanya mengganggu tetangga, ya Indonesia maksudnya. Bedanya, si Badru cuman iseng aja. Tapi kalau Aussi saya yakin “ada udang di bali batu.”


Beberapa hari lalu, muncul pemberitaan tentang bu Ani Yudhoyono yang jadi “broker” kekuasaan di The Australian. Katanya sih mengutip dari Wikileaks. Hari ini, saya melihat dua berita di kompas.com dan detik.com tentang media Australia yang memberitakan soal Papua. Silakan baca: http://news.detik.com/read/2013/12/17/095024/2444013/1148/?992204topnews dan http://internasional.kompas.com/read/2013/12/17/0859281/Majelis.Warga.Australia.Desak.Indonesia.Selidiki.Pembantaian.di.Biak.


Apa kepentingan Australia memberitakan soal Papua?


Sebenarnya jelas sekali apa kepentingan Aussi di Papua. Tentu saja HAM (Hak Asasi Manusia). Aussi sangat concern dengan pelanggaran yang, menurut mereka, dilakukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Papua. Dalam kedua berita itu, concern Aussi merujuk pada apa yang mereka sebut “pembantaian Biak 1998.“


Sebagai tetangga yang baik, saya sih berbaik sangka, Aussi ingin mengingatkan Indonesia agar tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang mereka lakukan terhadap penghuni asli benua Kangguru, orang Aborigin.


Speaking about human rights, sejarah mencatat bangsa kulit putih pendatang di Australia kabarnya membantai puluhan juta orang asli (Aborigin). Tidak hanya jiwa, identitas orang Aborigin pun “dibunuh.” Kini, kebanyakan mereka hidup di reservasi-reservasi dan menjadi daya tarik wisata, bak binatang di suaka margasatwa.


Kabarnya, sampai sekarang data soal pembantaian-pembantaian Aborigin ditutup-tutupi oleh pemerintah Australia. Untuk memastikan benar tidaknya, silakan deh “berselancar” sendiri. Link ini bisa dijadikan awalan: http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_massacres_of_Indigenous_Australians.


Lalu saya menyimpulkan, ah Australia bukan role model yang baik dalam hal menghargai HAM. Malah mungkin Australia guru yang hebat kalau soal pelanggaran HAM dan lalu menguburnya dalam-dalam.


Lalu, apakah terjadi pembantaian di Biak tahun 1998?


Sebenarnya ketika Australia yang mengangkat ini ke permukaan, maka benar-tidaknya terjadi pembantaian di Biak pada tahun 1998, tidak lagi menjadi urgent untuk dijawab atau dibuktikan. Masalahnya, Australia pasti membawanya ke ranah politis. Jelas sekali Australia punya kepentingan di Papua. Sumber daya alam Papua sangat menggiurkan bagi Australia.


Kita bisa berkaca pada tahun 1999 ketika Australia berhasil “menggolkan” Timorleste merdeka. Baru beberapa saat Timorleste merdeka, langsung mereka mengeksplorasi minyak di Celah Timur. Saya pernah dengar dari Menhan Timorleste Dr. Julio Tomas Pinto, negara Timorleste hanya mendapatkan 20 persen saja dari hasil eksplorasi Celah Timor.


Bahkan, teranyar ada kesan tokoh Timorleste, Ramos Horta kecewa dengan keterlibatan Australia pada tahun 1999. Baca ini: http://www.radioaustralia.net.au/international/radio/program/pacific-beat/ramos-horta-condemns-australia-over-gas-treaty-spying/1232732.


Jadi, kayaknya bangsa ini (Indonesia) lebih baik tidak usah bersusah payah menjawab Australia yang sedang memainkan “amunisi Papua-nya.” Lagipula, itu kemungkinan hanya cara mereka untuk mengalihkan isu dari “dosa” mereka yang telah dengan lancang menyadap pemimpin-pemimpin Indonesia.


Masalah Biak 1998, sebaiknya diselesaikan secara internal hukum Indonesia. Jika memang terjadi pelanggaran hukum, ya diusut saja secara hukum. Benturan antara rakyat dengan penguasa tak hanya terjadi di Papua. Dimana-mana pun kadang terjadi. Tapi tidak lantas masalah Papua “berbeda.”


Urus saja “Papua-mu!”


Untuk Australia, sebaiknya urus saja “Papua-mu” sendiri alias Aborigin. Bahkan mereka yang pemilik asli benua Kangguru, disebut ab-origin (tidak asli).


Jangan terlalu sibuk seperti si Badru yang sukanya mengurusi urusan tetangga sampai-sampai dalam negerinya sendiri tidak terurus. Baca ini: http://www.merdeka.com/dunia/bangsa-aborigin-di-australia-ingin-merdeka.html.


Btw , ini pendapat saya! Anda punya pendapat lain?



sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/12/17/awas-australia-mulai-main-api-lagi-di-papua-619216.html

Awas! Australia Mulai Main Api (lagi) di Papua | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar