Berkali-kali namanya Komnas HAM berteriak. Apapun diteriaki. Namun namanya Komnas HAM tak memiliki wewenang apapun selain ngomong dan koar-koar. Komnas HAM tak lebih lembaga bicara seperti Kompasianers - boleh berteriak tetapi hanya sebatas dukungan moralitas. Sejak peristiwa Reformasi tak ada satu pun rekomendasi Komnas HAM ditanggapi. Kasus-kasus seperti Trisakti, Semanggi I dan II, Cikeusik, Haur Koneng, Ahmadiyah, Gereja Yasmin, Sampang, Munir, pemberantasan preman, Sampang dan lain sebagianya tak ada satu pun yang selesai.
Tuduhan dan teriakan Komisioner Komnas HAM, Siane Indriani, yang menyatakan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo telah ingkar janji kepada warga Taman Burung adalah absurd. Omong kosong. Pembelaan terhadap penyerobot tanah negara. Selama ini yang terjadi adalah premanisme warga negara - yang dibekengi oleh para orang berduit. Negara dan Pemda DKI kalah oleh para penanam modal yang menyerobot tanah negara.
Jokowi dan Ahok telah bertindak benar menyediakan rumah susun bagi para penyerobot tanah negara. Seharusnya para penyerobot tanah yang tidak semuanya orangmiskin, bahkan ada yang membangun bangunan untuk disewakan sampai Rp 4 miliar. Mereka bukan orang telantar, namun pemodal. Pemilik modal yang merampas tanah negara. Seharusnya mereka dihukum karena melanggar hukum. Pemda DKI sudah manusiawi.
Komnas HAM tak perlu koar-koar tak berguna membela manusia-manusia serakah yang menyerobot tanah negara. Komnas HAM lebih baik konsentrasi membela Syi’ah Sampang, Cikeusik, HKBP Bekasi, Ahmadiyah, Munir, Lampung, Trisakti, daripada mengurus hal yang jelas melanggar hukum.
Jokowi dan Ahok telah bertindak benar. Komnas HAM harus tahu bahwa hukum adalah panglima. Dibentuknya Komnas HAM untuk membantu penegakan hukum dan HAM, bukan untuk bertindak melawan hukum. Hak azasi manusia yang jelas terusik seharusnya Komnas HAM urus, bukan mengurus penyerobotan tanah. Publik pun tahu Komnas HAM tak lebih baik fungsinya daripada media dan blog sosial seperti Facebook, Tumblr, Twitter dan Kompasiana.
Salam bahagia ala saya.
0 komentar:
Posting Komentar