Dukun (www.alhlusunah.blogspot.com)
Cilacap, kabupaten tetangga saya geger. Kuburan gadis dibongkar. Tengkoraknya dan tulang belulangnya hilang, kain mori penutup mayatnya lenyap. Disekitar makam ada kurungan ayam, sesaji, pacul kecil dan lainya. Beberapa hari kemudian, satu makam bayi juga diacak-acak.
Masyarakat disekitar kuburan khususnya dan warga Cilacap tentu saja dibuat resah. Desas desus segera merebak, isu menghangat, klenik dan mistik ikut menebar intrik yang membuat kasus itu makin menarik. Media lokal pun langsung mengangkat besar-besar kasus itu ; “Pembongkar Kuburan Berkeliaran di Cilacap”.
Untung saja keresahan itu tak berlangsung lama. Polisi bergerak cekatan. Tak sampai seminggu, pelaku pembongkaran mayat tertangkap. Ia adalah Resi Rokhis Suhana, pemuda penganguran berusia 17 tahun. Resi juga residivis kasus curanmor yang sudah dua kali bolak-balik lapas.
Seperti diduga banyak pihak sejak awal kasus itu merebak, motif dibalik pembongkaran kuburan itu adalah klenik dan mistik. Si Resi, namanya aja sudah nyerempet-nyerempet ke klenik, mangambil tulang manusia dan kain mori penutup mayat sebagai syarat untuk memperoleh ilmu melayang dan menghilang. Di daerah saya, ilmu itu tenar dengan sebutan ilmu panglimunan.
Resi yang mengaku punya nama gaib ‘Satria Pamungkas’, melakukan perbuatan itu atas suruhan gurunya yang disebut ‘ratu’. Entah ratu siapa, yang jelas, gurunya itu menyuruhnya ketika Ia bertapa di Gunung Srandil, Cilacap.
Srandil memang tak asing bagi peminat mistik dan klenik di Cilacap dan sekitarnya, sampai juga di kota saya Purbalingga yang memang tak terlalu jauh jaraknya. Di tempat itu terdapat sejumlah makam seperti Eyang Guru, atau Eyang Sukmo Sejati, atau Eyang Sukmo Sejati Kunci Sari Dana Sari yang dikunjungi banyak peziarah. Mereka datang meminta macam-macam. Dari kesaktian, pesugihan sampai jabatan. Konon, Gunung Srandil juga tempat favorit bagi mantan Presiden Soeharto untuk mencari wangsit.
Kasus itu kembali menguak sebuah fakta. Masyarakat Indonesia memang lekat dengan fenomena klenik dan mistik. Kultur itu sepertinya sudah mendarah daging dan hampir mustahil dibuang. Sejak kecil saya sudah kerap mendengar hal itu dalam keseharian masyarakat. Anda mungkin juga bukan?
Ini contohnya yang sering saya dengar. Kalau ada pencurian sebelum lapor ke polisi, lapor dulu ke duksun untuk minta diterawang siapa pelakunya. Mau tanding sepakbola antar kampung saja, biasanya ada sang dukung yang datang mengawal. Gawang dikencingi, para pemain diberi minuman yang sudah dijampi-jampi dan lainya.
Mau mendekati gadis pujaan agar lengket, pakailah ilmu pelet. Ada juga bermacam jimat-jimat pengasihan dan ilmu seperti jaran goyang, semar mesem dan lainya. Kalau cinta masih ditolak ada dukun siap bertindak. Sebuah ungkapan yang tak asing bukan?.
Mengaet lelaki, ingin tampil seksi, pasang susuk pengasihan. Suami selingkuh, istri diduga sudah tak cinta, larinya juga ke dukun. Kalau mau balas dendam ke orang, tinggal santet.
Mau kaya?. Ada banyak teknik nyupang, ngipri dan ‘budidaya tuyul’ yang jadi andalan. Peringatan : jaga lilin jangan sampai mati. kalau ingin jabatan, meningkatkan wibawa, banyak juga jimat dan ilmunya. Pasak susuk juga bisa.
Mau kebal, sakti dan pilih tanding, banyak cara instan selain latihan beladiri. Ada rajah, susuk, ilmu macam-macam. Asal hati-hati saja jangan melanggar pantangan. Ilmu bisa buyar, rajah hancur dan tentu saja kalah bertarung.
Apalagi yang namanya pemilihan umum. Dari pilkades, pileg, pilkada sampai pilpres yang namanya dukun, paranormal, orang pintar laris manis tanjung kimpul. Omset dan pasien mereka melonjak drastis.
Tontonan sehari-hari kita di televisi juga banyak yang terkait dengan dua hal ini. Bermacam sinetron, film, drama banyak yang mengambil tema ini. Susuk Nyai Roro Kidul, Guna-guna Istri Muda, Babi Ngepet, Tali Pocong Perawan dan ratusan judul film lainya yang sejenis gampang sekali kita temukan. Dari dulu hingga kini.
Tokoh-tokoh kita juga dekat sekali dengan hal-hal ini. Presiden Soekarno, Soeharto sudah menjadi rahasia umum jika mereka dekat dengan mistik dan klenik. Gus Dur yang dari NU itupun konon jika sholat jumat ke Mekah dan pulangnya membawa kurma yang masih ada getah ditangkainya. Jokowi yang sekarang digadang-gadang sebagai presiden mendatang juga tak lepas dari isu kedekatanya dengan klenik. Pahlawan kita, Jenderal Soedirman asal Purbalingga, jika mau menjatuhkan pesawat Belanda tinggal meniupkan bubuk merica.
Ah, betapa untuk menghilangkan mistik dan klenik dari budaya bangsa ini sepertinya hil yang mustahal. Dan Resi, Sang Pembongkar Kuburan dari Cilacap hanyalah pucuk gunung es. Dia representasi dari sebagian besar masyarakat kita yang masih berpikir dan bertindak irrasional.
Salam dari Purbalingga

0 komentar:
Posting Komentar