“Kabarnya keluarga Bapak menolak anaknya diimunisasi?”
“Ya, kami menolak.”
“Kenapa Pak?”
“Ya gak pa pa toh ini kan keluarga saya…emang orang lain yang kasih makan keluarga saya? Seperti orang pakai helm atau sabuk pengaman? Kalau saya merasa gak perlu pakai, kenapa harus dipaksa? Kalau terjadi apa-apa kan yang rugi saya juga. Saya tahu helm atau sabuk pengaman berfungsi maksimal ketika kecelakaan, namun saya merasa gak perlu, makanya saya gak pakai. Apa salah? Hidup dan mati itu kan di tangan Allah. Sehat dan sakit juga ada di tangan Allah. Bukan di tangan manusia.”
“Wah …tapi kan imunisasi ini menyangkut penyakit menular, artinya bukan hanya risiko keluarga Bapak saja tapi juga keluarga lainnya.”
“Ah siapa yang menjamin akan sehat sejahtera kalau diimunisasi?”
“Ya, memang gak ada yang jamin Pak, tetapi setidaknya ada usaha…dan usaha tersebut sudah terbukti secara ilmiah.”
“Ah Bapak ini, sok ngilmiah. Saya juga makan sekolahan Pak. Lihat saja anak saya sudah berusia dua tahun dan tidak pernah diimunisasi. Selama dua tahun ini hanya mengalami demam dua kali yang cukup tinggi…sehingg a dua kali itulah yang dibawa ke dokter. Itupun anak saya hanya sedikit makan obat dokter…karena tidak mau minum obat…dan beberapa hari juga sembh sendiri…cukup ASI, minum air, dan istirahat aja…sampai dua tahun itu masih ASI.”
“Nah, Bapak sendiri kan pakai obat, artinya kan kita secara nyata tidak bisa sepenuhnya mengandalkan kemampuan tubuh, kita juga harus merangsang tubuh agar bangkit kekuatan maksimalnya?”
“Bagi saya mekanisme tubuh manusia sudah hebat Pak, tidak perlu dimasukkan obat atau vaksin. Allah sudah menciptakan manusia dalam sebaik-baiknya bentuk, termasuk imun…ASI adalah imunisasi terbaik….”
“Faktanya tubuh kita rentan terhadap beberapa penyakit menular, apalagi pada anak-anak. Beberapa negara telah berhasil keluar sebagai negara berstatus negara endemic polio menjadi negara bebas polio. Beberapa penyakit lainnya juga begitu. Ini evidence based Pak, bukan karang mengarang. Misalnya, sejak adanya vaksinansi campak di Amerika Serikat, kasus campak langsung berkurang sampai 95% tuh Pak.”
“Anda jangan bodoh, imunisasi itu cuma akal-akalan Yahudi aja buat ngancurin bangsa lain, udah banyak kok penelitiannya, cari aja di google. Bayangkan buat vaksinnya aja dari bangkai babi, monyet, ayam, tikus, menjijikan sekali. Mendingan gak usah diimunisasi, pkoknya udah ada ASI, itu yang terbaik. Ada obat-ada penyakit, supaya obatnya laku, dibuatlah penyakit.”
“Nah, yang Bapak katakan ini kan tidak berbasis bukti. Hanya dugaan-dugaan saja….”
“Anda ini ngeyel, situ harus tau ya…KB, imunisasi, dan racun-racun yangg disisipkan pada makanan-makanan dan minuman, obat-obatan, atau produk-produk yang berafiliasi pada Yahudi adalah agenda tersembunyi Yahudi untuk mengurangi jumlah penduduk dunia, khususnya bangsa Indonesia, dan ini sudah terbukti!”
“Ah..masa Pak, apa buktinya?”
“Pokoknya, dalam kitab suci kami, mereka tidak akan rela sebelum kami masuk golongan mereka.”
“Ya…ya…itu sih masalah keyakinan. Saya tak begitu peduli. Saya menghormati keyakinan Bapak, masalahnya anak kita kan satu sekolah nih Pak. Jika anak Bapak berpenyakit menular maka bisa jadi akan nular juga ke anak saya. Kan repot Pak”
“Ya, itu derita Lo…”
***

0 komentar:
Posting Komentar