Oleh:
M. R. Aulia
Ditulis Senin Pagi, 16 Desember 2013, dan diselesaikan pukul 09:36 WIB.
Entah apa yang aku rasakan pagi ini. Pagi Senin di minggu ketiga bulan Desember. Campur aduk. Dari badan yang masih pegal karena mendaki ribuan anak tangga menuju puncak yang sangat tinggi, kaget mendengar sosok yang aku respect terhadapnya harus masuk rumah sakit pagi ini, temanku yang jauh disana rela bangun dini hari untuk datang ke rumah sakit demi menemani temannya yang mengalami kecelakaan Ice Skating dan seorang teman yang baru aku kenal dan harus berpisah; kembali ke kampung halamannya di bagian timur Indonesia.
Sejumlah keadaan dananak manusia yang pernah dekat denganku. Walaupun hanya aku saja yang yang gede-rasa dekat dengan mereka. Mereka semua menginspirasi dan bisa menjadi pahlawan sekaligus guru bagaimana aku harus belajar menjadi sosok manusia yang diharapkan. Utuh dengan sikap yang baik serta pengetahuan yang memadai.
Ribuan anak tangga yang aku daki, menuju sebuah puncak sangat tinggi dari permukaan bumi lainnya. Untuk mencapainya, aku dan beberapa orang temanku harus menguatkan tenaga, langkah kaki, agar terus bisa mencapai puncak. Tempat dimana kami bisa melihat pemandangan alam yang sangat luar biasa. Meskipun di tengah pendakian, kami berjalan dengan nafas yang tersengal-sengal.
Rasa haus yang pekat dan sebagainya. Saling memberi semangat satu sama lain dan akhirnya rasa lelah terbalaskan tunai. Hamparan bumi lainnya terlihat jelas dengan mata kecil kami. Udara yang sangat sejuk, sambil menyeruput kopi hitam hangat sebagai bekal yang telah dipersiapkan sebelumnya. Semilir anginnya menyeruak masuk ke rongga pikiran dan perasaan yang telah diselimuti debu kegalauan, sedikit tercerahkan. Hampir bersih dan berasa terlahir kembali dengan pikiran yang segar.
Sosok pria dewasa yang bersahaja. Setiap aku bertemu dengannya terlukis wajah terbaik yang dimiliki olehnya. Tak hanya aku, hampir semua murid yang pernah belajar dengannya pasti mendapatkan zonk atas kerutan wajahnya yang kusam. Artinya, ia selalu bermuka manis dan bersemangat dalam mengajarkan kami suatu ilmu. Ilmu yang menjadi bekal penerus bangsa. Dalam setiap kesempatan, ia mengajar dengan penuh kesabaran. Menanti kami agar bisa memahami apa yang ia sampaikan.
Meski ia sudah kami anggap expert dalam bidangnya, namun ia tak pernah mau mengakui bahwa ia ahli dan sebagainya. Salah satu pesan yang sangat membekas darinya, ia mengatakan bahwa ia tidak dalam posisi memberikan ilmu kepada kami, namun ia hanya memberikan jalan bagaimana kami memahami ilmu tersebut. Pesan pria tersebut, persis dengan apa yang dipahami oleh peraih nobel perdamaian, Muhammad Yunus, pria sepuh yang berasal dari Bangladesh.
Pahlawan juga tak mesti mereka yang sudah tiada. Mereka bisa saja, yang sering kita temui. Salah satunya, teman dekat dan pernah saling bertegur sapa, mesti keep in touch via alat komunikasi saja. Aku mendengar kabar bahwa ia sedang berada di rumah sakit. Aku juga tidak menyangka, ia harus menjadi pengganti keluarga seorang gadis yang juga temannya harus tergeletak di ruang operasi. Tanpa ada satupun keluarga yang datang pada awal gadis tersebut terbaring lemah. Bisa dipahami, keluarganya jauh berada di luar pulau.
Hubungan mereka hanya sebatas teman yang belum lama saling mengenal. Padahal ia juga rapuh. Tidak dalam keadaan sehat. Namun, ia sangat gesit dan menyempatkan diri merawat sosok yang sebenarnya kurang dekat dengannya. Rapuh bertemu dengan yang lebih rapuh dapat melahirkan semangat masa depan yang cerah. Tak pernah main hitung-hitungan. Sehatkah, atau dekatkah. Ia mau melakukan tanpa pamrih.
Satu lagi temanku, anak muda yang memiliki semangat baca yang sangat besar. Aku mengenalnya karena hobi yang ia miliki. Membaca banyak buku yang sebenarnya belum pantas untuk anak yang masih berusia relatif muda, usia transisi. Pagi Senin, ia mengirimkan kabar bahwa ia akan pamit pulang. Aku mengenalnya baru beberapa minggu saja. Dalam setiap kesempatan bertemu, kami hanya saling berbagi cerita.
Aku banyak mendengar ambisinya dan harapan agar bisa menjadi apa yang ia impikan. Diantarnya adalah upaya mengubah citra sebagian besar anak muda di kampung halamannya, yang terlanjur menyebar luas hampir di seluruh masyarakat Indonesia yang melek berita.Mimpi seorang anak manusia yang masih berumur tanggung, namu cita-citanya sangat agung. Padanya aku berharap semoga ia berhasil dalam menjemput mimpi-mimpinya.
Pagi Senin minggu ketiga di bulan Desember. Aku terbangun dengan banyak rasa. Banyak pelajaran yang bisa aku rebut dari mereka. Belajar dari ribuan anak tangga dan mereka yang tak pernah sadar memberikan pencerahan tentang arti kenyataan, arti berkorban dan sebagainya.
Mereka tak pernah mengajarkan secara langsung pada diriku yang rapuh ini. Semangat berkorban yang mereka miliki sangat agung. Apapun alasan mereka, hanya membantu biasa saja, bagiku apa yang mereka lakukan sangat luar biasa. Karena mereka utuh dengan sikap baik yang mereka miliki dan seimbang dengan pengetahuan yang memancarkan manfaat bagi sekitar.
Akhirnya, apa yang aku rasakan saat ini, nyaris sangat mirip, sebagaimana yang aku intip dari lini masa Gita Gutawa @gitagut. Every moment is like gold, you will remember when you are old .
Aku merebut banyak cara tanpa mereka pernah sadari itu semua. Cara dan sikap tulus yang mereka perlihatkan. Thanks buat semuanya, semoga sembuh menyertai mereka dan impian mereka terjawab serta berhasil dijemput langsung oleh mereka masing-masing.
@MaudyAyunda- Would You Please Tell Me

0 komentar:
Posting Komentar