“Dik, ayo beli pohon Natal”, ibu mengajak saya ke supermarket minggu lalu. Pohon Natal memang bagian tidak terpisahkan dari perayaan Natal, dan menjadi ikon Natal di berbagai tempat, termasuk tempat-tempat belanja yang berlomba-lomba memasang pohon Natal paling unik dan cantik.
Tradisi memasang pohon Natal bagi umat Kristiani bisa ditelusuri sejarahnya hingga ke kebudayaan bangsa Romawi yang menggunakan pohon cemara untuk merayakan hari raya Saturnalia, perayaan hari lahir dewa matahari, hingga ke kebudayaan China dan Yunani yang menyimpan pohon di dalam rumah sebagai sarana mengusir setan dan menyiapkan ‘rumah’ untuk burung-burung. Di abad 18 sampai 20, orang -orang Kristiani Jerman membawa pohon ke dalam rumah dan mendekorasinya. Sejak itu budaya pohon Natal dengan segala dekorasinya menyebar ke benua Eropa, Amerika, dan juga ke Asia.
Lima tahun tinggal di Taipei, saya melihat Natal ‘dirayakan’ oleh berbagai mall dan department store. Mereka berlomba-lomba memasang pohon Natal tinggi, dengan hiasan ramai dan lampu-lampu yang bukan main berkilaunya. Dari yang tingginya 4 meter saja, hingga pohon Natal LED yang tingginya 35 m, ‘dipasang’ oleh pemerintah New Taipei City. Dari yang warnanya didominasi hijau dengan lampu minimalis, hingga yang hijau daun cemaranya tertutupi oleh gebyar lampu warna-warni.
Serba-serbi Natal di Taipei, tahun lalu :)
Jika di Taipei yang saya lihat adalah pohon Natal megah yang gemerlapan, yang tidak saya tahu bagaimana mendirikan dan menghiasnya, disajikan untuk konsumsi masyarakat luas; pulang ke rumah adalah saatnya membuat pohon Natal menjadi sesuatu yang personal. Saya dan ibu pergi ke supermarket, melihat-lihat pohon Natal mana yang sekiranya cocok untuk ruang tamu di rumah. Cemara imitasi, tentu. Pohon Natal imitasi ini dijual dengan harga yang bervariasi, dari yang 1 meter seharga 100.000 rupiah, hingga yang tingginya 2-3 meter dengan harga hampir 1 juta rupiah.
Ketemu pohonnya, lalu hiasannya. Dekorasi yang umum dijumpai di pohon Natal adalah lampu hias, buah pinus, dan tinsel. Tinsel adalah pita hias berwarna-warni yang dipotong kecil-kecil untuk menyerupai percikan es. Karena pohon yang saya dan ibu pilih ujung-ujungnya sudah berwarna putih menyerupai butiran salju, maka kami hanya membeli lampu hias dan berbagai gantungan dengan ornamen mungil yang lucu, serta satu bintang keemasan besar dan tulisan “Merry Christmas”. Bintang biasanya dipasang di ujung atas pohon Natal dan melambangkan Bintang Timur atau sering disebut dengan “Star of Bethlehem”, bintang terang yang muncul di langit ketika Yesus lahir dan menuntung tiga orang bijak (majus/magi) dari Timur untuk datang ke Bethlehem tempat Yesus dilahirkan.
Selesai, dan sampai di rumah pohon Natal langsung dipasang dan dihias. Semuanya serba praktis, dan proses menghiasnya pun tidak lebih dari 30 menit. Senang rasanya berada di rumah, memasang pohon Natal sendiri, juga menghiasnya sekaligus, tidak lagi sekedar menikmati tanpa proses. Saya suka melihat ornamen-ornamen mungil yang terselip di antara dedaunan ini.
Tradisi lain adalah meletakkan hadiah bagi masing-masing anggota keluarga di bawah pohon Natal, tradisi yang tidak berlaku di keluarga saya. Hadiah terindah Natal bagi keluarga saya adalah bila semua anggota keluarga bisa ada di rumah. Saya sudah absen 4 kali sepanjang 5 tahun terakhir, dan bahagia rasanya kini di rumah.
Selamat Natal, damai untuk semua :)
XOXO,
-Citra

0 komentar:
Posting Komentar