harga genset murah

Tak Kenal Maka Tak Sayang


Dulu ketika masih tinggal di Tanah Karo, saya tak pernah sedikitpun tertarik dengan budaya Karo ataupun kesenian Karo. Menurut saya, semua itu hal yang biasa dan tak ada keindahan sedikitpun yang bisa menarik hati saya untuk mengetahui lebih dalam mengenai Karo. Sampai suatu ketika di Bandung, saya kemudian masuk ke suatu komunitas Karo. Awalnya hanya iseng saja, itupun karena sebuah ajakan memaksa dari seorang teman.


Saya kemudian beberapa kali datang memenuhi ajakannya. Mulai bergaul dengan teman-teman yang bernasib sama, perantauan dari Tanah Karo. Saya berkenalan dari mereka yang berasal dari beberapa daerah di Tanah Karo, Sumatera Utara. Sebagian memang tampaknya mengerti bahasa dan kebudayaan Karo dengan sangat mendalam. Sebagian lagi, jelas terlihat sudah lahir dan tumbuh di Bandung. Hal itu terlihat dari penampilan yang sedikit trendi dan lebih sering berbahasa Sunda dari pada berbahasa Karo. Hahaha.. sedikit unik memang, kami berkumpul di naungan komunitas karo namun berbahasa Sunda.


Perlahan, saya mulai membuka hati untuk belajar mengenai Karo. Mulai segala tradisi yang masih terjaga saat ini sampai yang sudah hampir terlupakan oleh masyarakat Karo. Obrolan santai dikemas menarik dan ditabur rasa humor membuat pengetahuanku mengenai Karo perlahan bertambah. Saya mulai mendengarkan lagu-lagu suku Karo. Banyak bahasa yang belum pernah kudengar dan istilah-istilah kiasan yang sarat makna. Saya semakin tertarik karena teman-teman bisa menjadi tempatku bertanya.


Pemahaman mengenai budaya Karo semakin menarikku untuk masuk ke dalam lingkungan Karo. Di suatu momen, ketika kami akan menampilkan sebuah tarian Karo di acara pernikahan adat Karo, saya akhirnya memberanikan diri untuk belajar menari bersama teman-teman yang lain. Walaupun sedikit kaku karena belum pernah menarikan tarian Karo sebelumnya, saya pikir kalau berlatih serius akan bisa juga.



1387173190306483999

Sebelum Menari Terang Bulan, di Bandung (Dok. Pribadi)



Tarian ‘terang bulan’ menjadi pilihan kami untuk ditampilkan di acara pernikahan itu. Tarian ‘terang bulan’ adalah salah satu tarian suku Karo yang kental akan filosofi, setiap gerak mempunyai makna yang menggambarkan karakteristik masyarakat Karo. Tepat sekali tarian ini dipersembahkan di acara pernikahan ini karena maknanya yang sangat romantis.


Tarian ‘terang bulan’ adalah tarian pergaulan yang mengisahkan percintaan muda-mudi yang saling merindu dibawah sinar bulan purnama. Suatu kisah yang sangat romantis yang dipadu dengan gerak tarian yang lemah lembut selaras dan saling berpasangan. Tarian ini juga semakin romantis diiringi dengan musik tradisional karo dengan lirik yang indah.


Tarian itu kemudian memperkenalkan saya dengan jiwa dan karakter orang Karo yang sesungguhnya. Karakter yang romantis dengan sejuta makna yang tersirat. Dengan menarikan tarian Karo ini juga saya bisa melihat sebuah identitas budaya yang kental dan sarat akan tradisi dan kebiasaan yang masih mendarah daging di dalam setiap pribadi orang Karo.



13871730851369011436

Sebelum Menari, di Jakarta (Dok. Pribadi)



Rasa penasaran saya membuat saya semakin tercebur di dalam pergaulan orang Karo dan semakin memahami karakter berdarah Karo. Memahami membuat saya semakin betah dan mencintai budaya saya sendiri dan kemudian rasa bangga menggelayuti saya untuk selalu menunjukkan identitas Karo saya kepada orang lain.


Perkembangan budaya termasuk tarian derah semakin mendapat dukungan dari pemerintah Indonesia melalui program Indonesia Travel yang giat melakukan perbagai kegiatan. Dengan langkah ini, semoga kecintaan masyarakat Indonesia dengan budayanya sendiri semakin terpupuk dan bersama-sama melestarikan budaya bangsa.



sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/16/tak-kenal-maka-tak-sayang-618865.html

Tak Kenal Maka Tak Sayang | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar