KOMPASIANA seperti majalah yang terhidang di meja. Ada berita berat (politik, hukum, kriminalitas), ada juga menu dan resep masakan.
Contohnya ini http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2013/12/17/menu-nostalgia-oblok-oblok-mlanding-617245.html . Hanya bicara masalah mlanding (petai cina), saya segera mengenal orang lain dalam kotak Kompasiana (si penulis artikel, Anggrahini Kd, yang gemar menulis hal-hal ringan tapi bermanfaat), dan tersadar bahwa Kompasiana tidak hanya berisi selebriti, korupsi, dan Jokowi.
Kanal paling riuh adalah politik. Kemudian bola. Disusul televisi. Politik menunya satu topik, tapi dituang dari beragam sisi. Soal Ratu Atut itu misalnya. Begitu pula sepakbola yang bila lagi tren SEA Games, maka Indonesia versus Myanmar bisa ditulis dalam berbagai judul, beragam ulasan, berbagai pendapat.
Padahal, di Kompasiana banyak alternatif bacaan. Sisi-sisi yang kita abaikan, tapi perlu dan tak kalah mutu. Memang sedikit pembaca di sana, namun suatu ketika Anda pasti bakal memerlukannya.
Prinsipnya, jangan hanya ramai-ramai membicarakan isu yang mengapung di permukaan, tapi bacalah juga aksara-aksara yang muncul dari bumbu-bumbu dapur, Humaniora, atau kanal-kanal kecil yang duduk di pojokan mirip lapak yang kesepian.
-Arief Firhanusa-

0 komentar:
Posting Komentar