harga genset murah

Jokowi dan Komunikasi Politik Tingkat Tinggi (Oleh : Penikmat Teh Panas)



13871711071067016428

Gaya jokowi saat kerja di lapangan terbuka.



Kembali menarik perhatian orang satu ini, wajah ndeso kebapakan dengan senyum lebar dan kulit sawo matang yang mulai kering karena sengatan matahari dan debu kota si Pitung yang disebabkan kegemarannya sering kerja di lapangan atau yang terkenal dengan nama Blust U Can (red, Blusukan).


Apakah pembaca tahu sosok bernama Bibit? Yap. Seorang gubernur Jawa Tengah dengan kumis yang menghiasi kulit di diantara bibir dan mulutnya. Namun bukaan kumisnya yang akan saya bahas. Dalam wacana ini saya deskripsikan, Bibit adalah seorang gubernur Jawa Tengah pada periode 2008-2013. Dan anda tahu pada saat itu juga Jokowi merupakan gubernur Solo. Saat itu bibit melakukan pemangunan besar-besaran di berbagai daerah, Kota Solo pun tidak terlewatkan dari jangkauannya, suatu saat Bibit memerntahkan Jokowi untuk membangun mall yang besar di Kota Solo, tapi jokowi menolaknya. Dan anda tahu apa yang dikatakan Bibit? Yah, dia bilang Jokowi walikota yang bodoh karena menolak perintah Gubernur untuk memangun mall di Solo. Dan refleknya bukan mangkel atau koar-koar di media dengan tantangan. Namun dengan senyum lebar sebagai nonverbal politiknya dan sebagai bahsa verbalnya dia hanya mengatakan kalo dia masih perlu banyak belajar.


“Iya, saya itu memang masih bodoh. Masih harus banyak belajar ke banyak orang. Dibilang begitu ya nggak apa-apa,” kata Jokowi di Balaikota Surakarta, Senin (27/6/2011).


Dan setahun kemudian setelah dia menduduki kedudukan yang sama atau bahkan lebih tinggi dari bibit, yaitu sama-sama menjadi Gubernur, dia justru mencium tangan Bibit. Mencium tangan dalam budaya timur berarti rasa hormat, hal tersebut dilakukan oleh orang yang biasanya berada di strata sosial lebih rendah ke orang yang berada di strata sosial lebih tinggi. Dan dalam posisi Jokowi yang menjadi Gubernur Jakarta yang artinya menempati strata lebih tinnggi daripada Bibit yang Gubernur Jawa Tengah, maka hal ini akan membuat Citra Jokowi sebagai orang yang dekat dengan masyarakat semakin meningkat dan orang akan berdegup takjub akan kerendahan hati Jokowi ini. Dan efeknya tidak hanya pada masyarakat kalangan bawah saja namun juga pada kalangan atas yang juga selama ini hanya melihat sosok pemimpin yang angkuh djuga merasa bahwa sosok ini adalah benar-benar sosok baru figur pemimpin di Indonesia.


Komunikasi Politik (Kompol) jokowi juga dilakukan dengan konsistensinya blusukan ke kampung-kampung kumuh, mengganakan pakaian putih lengan panjang, dan sepatu robek yang dia benahi dengan sol sepatu. Dan ternyata hal ini mampu menarik media massa untuk meliputnya. Terlepas media tersebut dibayar untuk meliput Jokowi namun secara prinsip yang kita lihat adalah respon masyarakat terhadap pemberitaan Jokowi yang seperti itu. Dibanding kritikan bahwa Jokowi pencitraan ternyata respon masyarakat lebih pada trenyuh melihat sosok pemimpin ini.


Dari hal diatas kita melihat bahwa kemampuan Jokowi memetakan kondisi sosial budaya di masyarakat memang sudah mumpuni, dan refleknya komunikasi politiknya baik secara verbal maupun non verbal, kesabaran, dan konsistensinya memang sudah tataran Komunikasi tingkat tinggi.


Hikmahnya adalah, dalam berkomunikasi apalagi sebagai aktor politik, kita harus bisa memahami demografis dan psikologis masyarakat yang kita tuju, tujuannya tidak lain adalah tujuan komunikasi kita dan tepatnya tujuan efek politik yang kita ingin tuju haruslah tercapai. (ran)



sumber : http://sosok.kompasiana.com/2013/12/16/jokowi-dan-komunikasi-politik-tingkat-tinggi-oleh-penikmat-teh-panas-616940.html

Jokowi dan Komunikasi Politik Tingkat Tinggi (Oleh : Penikmat Teh Panas) | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar