Menarik serta memprihatinkan melihat perkembangan kasus korupsi yang terjadi di negeri ini. Perlahan tapi pasti (walau banyak yang masih harus dibereskan) KPK menemukan bukti-bukti terjadinya tindak pidana korupsi dari pejabat-pejabat di negeri ini. Yang terbaru adalah kasus korupsi yang disangkakan kepada Ratu Atut yang saat ini masih memegang jabatan Gubernur Banten.
Dengan diumumkannya Ratu Atut sebagai tersangka, menambah panjang daftar elit politik negeri yang tersandung kasus korupsi. Saya sendiri sebagai masyarakat awam hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kejadian ini. Walau telah diisukan sebelumnya Ratu Atut melakukan korupsi di Banten oleh banyak pihak di Banten sendiri.
Negara Indonesia seakan telah menjadi surganya para koruptor, diruntuhkannya Orde Baru yang katanya biang korupsi malah menjadikan kasus korupsi di negeri ini menjadi trend atau trademark pejabat Indonesia. Gak korupsi, gak gaul (mungkin begitu kelakarnya). Memasuki era reformasi yang katanya era perubahan malah membuat banyak pejabat di negeri ini tersandung kasus korupsi. Kabar baiknya, mungkin memang inilah yang terjadi dari dahulu, namun kalau dahulu tidak banyak terexpose saja oleh media, karena dahulu media belum sebebas seperti sekarang.
Keterbukaan dan jaman yang semakin maju membuat korupsi lebih mudah diangkat menjadi kasus yang menarik untuk diperbincangkan meski dengan banyak hujatan dan menimbulkan banyak kesan negatif dimata masyarakat terhadap pemerintah Indonesia dari tingkat pusat sampai daerah.
Lalu, sampai kapankah kasus korupsi ini akan berakhir?
Kalau melihat perkembangan yang terjadi sekarang, ini mulai hangat-hangatnya, kalau dulu hanya korupsi deretan eselon II atau pegawai dibawahnya seperti Gayus Tambunan, sekarang kasus korupsi menaiki level yang tertinggi. Ditandai dengan tersandungnya Menteri-menteri kabinet pemerintah pusat hingga jatuhnya wibawa Mahkamah Konstitusi di mata hukum itu sendiri dengan tertangkapnya Ketua MK Akil Mukhtar.
Dengar-dengar juga kasus Mega proyek Hambalang mulai mengusik-usik Wakil Presiden RI. Waduh, kalau sudah sampai taraf ini memang tidaklah salah jika rakyat mulai sedikit demi sedikit hilang empati terhadap pemerintah, walau sebenarnya rakyat tetap membutuhkan pemimpin yang adil dan bijaksana yang bebas dari kasus korupsi.
Entah sampai kapan korupsi ini akan berakhir, apakah kita harus menghilangkan satu generasi atau beberapa generasi untuk mencetak manusia-manusia baru untuk menghilangkan citra korupsi di pemerintahan?
Rasanya sangatlah sulit menghilangkan korupsi di Indonesia, karena akan terus menjadi siklus di kehidupan manusia Indonesia, selama masih ada sistem pemerintahan yang menyebabkan celah korupsi dan munculnya manusia-manusia tamak maka selama itu pula korupsi akan terus meraja lela. Mungkin dengan figur koruptor baru dan cara korupsi yang lebih inovatif lagi.
Yang bisa dilakukan adalah mendukung segala macam tindakan untuk mencegah korupsi, salah satunya dari lembaga KPK atau dari lembaga lain yang memperkuat aturan terkait keuangan negara. Sampai korupsi ini dapat berakhir.
-Pb-

0 komentar:
Posting Komentar