harga genset murah

“ini Bali-nya Indonesia,kan?”


baru semalam, kami rombongan keluarga Teknik Sipil ITS angkatan 2010 pulang dan kembali ke kehidupan normal mahasiswa kampus teknik di Surabaya setelah beberapa hari “mampir” di Bali-Indonesia, berkedok study excursie (but thank you so much for all “panitia SE 2013″, you’re the best committee)



terlepas dari semua hiruk pikuk provinsi Bali-Indonesia yang anda semua pasti sudah tahu dan paham lebih dari saya yang baru 5x mengunjunginya, beberapa kesempatan kami mengunjungi tempat-tempat surganya pulau dewata, mampir di pusat-pusat oleh-oleh yang sedikit membuat kami kalap, dan sedikit mengubek-ubek provinsi ini dari sisi budaya, pendidikan, serta pembangunannya.


alhamdulillah negeri ini telah benar-benar merdeka (dalam artian bebas) dalam setiap perbuatan yang dilakukan. negaraku telah berkembang jauh dari sisi pembangunan dan infrastruktur yang ada, Bali pun demikian, telah berkembang pesat menjadi “kota Internasional-nya Indonesia”, proyek jalan tol Mandara (jalan tol pertama di Provinsi Bali-Indonesia.”Jalan Tol Bali Mandara” ini menghubungkan Nusa Dua, Ngurah Rai, dan Benoa. panjang total 12,7 km), perluasan dan renovasi besar-besaran bandar udara Ngurah Rai (proyek untuk beberapa persiapan event besar seperti APEC, miss world, kemarin,dan untuk event besar lain) dua dari sekian mega proyek yang nantinya akan terus bermunculan seiring berkembangnya Bali kedepan. over all, itu wajah baru Bali sekarang.


tapi dari sekian megahnya, mewahnya, supernya, dan istimewanya Bali, takdir dan keadaan seakan menginginkan kepala kita untuk menunduk berpikir, untuk berdiam menghayati, untuk merenung memperhatikan dan entah nanti untuk bergerak menyelesaikan atau hanya menulis seperti saya,hehehe..

dua hal yang kalau anda memikirkan, anda akan menuju sebuah pemikiran : “ini Bali-nya Indonesia kan?”


pertama,

suatu saat saya dan beberapa teman saat acara bebas, kami mengunjungi pusat keramaian Bali, Denpasar lebih tepatnya, yap benar kawasan Kuta dan Legian. sebuah urbanisasi kehidupan yang sangat mencolok dari kawasan lain seperti daerah singaraja, atau daerah adat Penglipuran - Bangli, (info secuil yang saya tahu dari tour guide bis 3, bli Somad) cafe-cafe, diskotik, waralaba-waralaba bir, pengunjung, musik, bahasa, serta tata laku orang-orang di sekitar sana, tak perlu saya jelaskan toh anda juga tahu bagaimana kehidupan “malam” disana, bagaimana tingkah laku para “bule” disana, seperti apa orang pribumi kita di kerumunan para “pengunjung” disana,, “ini Luar negeri ya?” , “ini Indonesia kan?” , “ini Bali yang adat dan budaya dijunjung tinggi kan?”


kedua,

salah satu rundown acara SE kami mampir di saudara sesama ilmu. Ya, kami mampir di jurusan teknik Sipil- Universitas Udayana di kampus bukit Jimbaran. dengan sambutan hangat dari kawan-kawan himpunan mahasiswa sipil sana, kami akhirnya “dipaksa” makan siang 2x waktu itu,hehe, tapi makasih banyak ya kawan-kawan Unud. saat acara formalnya, sambutan oleh ketua jurusan Teknik Sipil Univ.Udayana inilah inti dari sekian panjang perjalanan di pulau sejuta dewa ini (menurut saya pribadi) , saat sambutan yang sangat menyentuh dari Bapak Prof.Ir.I Nyoman Arya Thanaya, ME., Ph.D saat itu beliau dengan batiknya dan kata-katanya, membawa saya pribadi bergumam “Ya ALLAH… ngono to tiba’e” (ya ALLAH,, gitu ternyata).

beberapa yang bisa saya simpulkan adalah saat Bali memang dibentuk sebagai pulau untuk wisata, pulau di Indonesia dengan keindahan yang memang dicetak untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi, tapi mereka sebagai orang asli Bali hanya tersentuh sedikit dari sekian banyak keuntungan yang didapat oleh para investor, “Kami orang Bali dapat apa, kami ndak dapat apa-apa,investor-investor itu yang menikmati, mungkin buat para pengrajin cuma asal laku kerajinannya, itu saja sudah syukur”-Cuplikan kata Pak Arya dengan logat khas Balinya. ada lagi sedikit patahan kata dari pak arya yang mungkin saya harus mengucap syukur serta mengelus dada dan meminta maaf kepada kawan-kawan kampus Unud, dan kepada orang-orang Bali pada umumnya,


“mohon maaf kalau tadi yang sudah ke kamar mandi kalau gak ada airnya, memang daerah sini kekurangan air bersih” (nghkoen)


“Bali ini sudah penuh, apalagi kalau musim-musim libur pengunjung padat yang menyerbu Bali, itulah yang menyebabkan macet dimana-mana, ya kawan-kawan ini juga yang buat Bali ini tambah padet, gak kayak dulu”


“dulu pemerintah belum sanggup membebaskan lahan di daerah sini, karena semakin mahalnya harga tanah untuk pengembangan wisata daerah bukit sini, makanya maaf kalau teman-teman tadi banyak melihat toko-toko, rumah warga disamping bangunan kampus kami”


banyak lagi kutipan kata-kata dari sambutan pak Arya yang di akhir kalimatnya selalu dibarengi kata “ya kami maklum untuk itu” , “ya kami terima saja kalau sudah seperti itu”, “ya mau gimana lagi,kami terima” .. oh meeen, Qana’ah (sifat nerimo, sifat merasa cukup dan bersyukur atas apa yang Tuhan berikan pada kita)-nya orang Islam perlu dipertanyakan kalau ketemu orang kayak pak Arya ini. Subhanallah.


satu yang digaris bawahi dan harus dicetak tebal adalah pariwisata yang ada di Bali tak semestinya menimbulkan emot ” ” buat orang Bali, tapi seharusnya maju pesatnya sektor pariwisata yang ada bisa membuat emot ” ” untuk warga pribumi, serta tak mematikan sektor-sektor lain untuk berkembang, apalagi pendidikan..


sekelumit dua pengalaman tadi tentang selisih kehidupan hedon para tourist entah domestik atau dari luar negeri dibandingkan dengan kehidupan Qana’ah nya orang pribumi Bali yang hanya bisa terima dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan mereka..


budaya dan adat yang seakan sudah semakin terinjak oleh para penikmat keuntungan semata,.

tapi dari sekian banyak cerita tentang itu semua, Bali tetap Indonesia dan Indonesia masih punya Bali,APAPUN YANG TERJADI !

*yuk jaga Bali tetap dalam lindungan Dewa-Dewi pelindung alam, penjaga adat dan Budayanya, pemagar tradisi leluhur yang luhur, penjaga ritual pribumi yang sakral dan hikmat, dan penjaga Bali tetap Zero yang berhati hero bukan Hero yang berhati zero “

#loveBali




sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/08/ini-bali-nya-indonesiakan-616607.html

“ini Bali-nya Indonesia,kan?” | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar