harga genset murah

PAN Tidak Menjual Figur, Tapi Seleb


Wakil Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional Teguh Juwarno mengatakan partainya tidak tergatung pada satu figur. Menurutnya, PAN lebih memilih membangun budaya organisasi dan menciptakan gagasan untuk menaikkan elektabilitas partai Kompas, 13/12/2013 .


Mantan penyampai berita RCTI ini pun menyebut Ketua Umum PAN Hatta Rajasa memiliki keunggulan di antara sederet tokoh nasional yang mengemuka sekarang. Ditegaskan pula bila Hatta mempunyai keunggulan setara dengan senior partainya, Amien Rais.


Pernyataan petinggi PAN ini cukup membingungkan sebab tidak jelas sebab siapa yang dimaksud dengan figur di sini. Apakah yang dimaksud dengan figur adalah pengurus struktural yang sudah lama berkecimpung di dunia politik bersama partai matahari ini ataukah caleg-caleg yang berperan sebagai pendulang suara.


Jika yang dimaksud Teguh sebagai figur adalah pengurus struktural atau kader, jelas PAN tidak memiliki seorang pun yang layak jual. Nama Hatta saja jarang dilirik orang, ditambah lagi menurut sejumlah rilis survei tingkat elektabiltasnya masih di bawah 5 %. Nama Amien Rais yang meroketkan PAN pada pemilu 1999 pun sudah lama meredup.


Dengan kondisi partai tanpa nama tokoh besar jelas membuat PAN mengubah strategi kampanye sekaligus melebarkan segmen pasarnya. Maka pada pemilu 2009 PAN pun berinovasi dengan merekrut puluhan selebriti sebagai ujung tombak kampanyenya. Bukan saja sebagai pendulang suara sebagai mana pada masa orde baru, tetapi sebagai calon anggota legislatif. Dengan banyaknya seleb yang menjadi caleg kepanjangan PAN pun diplesetkan menjadi Partai Artis Nasional.


Strategi kampanye 2009 tersebut berlanjut pada pemilu 2014. Untuk pemilu nanti PAN memajang nama-nama selebritis seperti Anang Hermansyah (Jawa Timur IV), Hengky Kurniawan (Jawa Timur V) Eko Patrio (Jawa Timur VIII), Desy Ratnasari (Jawa Barat IV), Ikang Fawzi (Jawa Barat I) Primus Yustisio (Jawa Barat III), Lucky Hakim (Jawa Barat VI). Dwiki Darmawan (DKI Jakarta II), dan Jeremy Thomas (Jakarta III) sebagai barang dagangannya. Nama-nama caleg yang diusung PAN tersebut belum termasuk selebritis yang tidak dikenal, seperti, Soraya Hapsari yang maju di Dapil VIII Jabar yang akan mewakili Kota Cirebon, Kab. Cirebon, Kab, Indramayu.


Sebenarnya tidak masalah denga perekrutan artis sebagai caleg. Pada periode 2009-2013 saja ada nama-nama artis seperti Nurul Arifin, Rieke Diah Pitaloka, Dedi Gumelar yang menonjol dan mampu menjalankan fungsi-fungsi legislasinya. Dari perilakunya pun ketiganya lebih baik ketimbang Ruhut Sitompul ataupun Fachri Hamzah. Namun, bila diperhatikan sebelum menjadi anggota DPR ketiganya mampu memunjukkan diri sebagai artis profesional dan aktif diberbagai kegiatan sosial. Profesionalitas dan pengalaman inilah yang kemudian terbawa saat mereka duduk sebagai wakil rakyat.


Masalahnya bagi PAN, di antara selebritis-selebritis yang direkrutnya itu hanya dikenal lewat acara gosip yang tidak berhubungan dengan profesi keartisannya. Di samping itu banyak dari caleg selebritis yang belum pernah terdengar kiprahnya dalam aktivitas kemasyarakatan. Belum lagi seleb-seleb caleg PAN tersebut terkesan asal comot, hal ini terbukti dari dicoretnya Rafli Ahmad setelah penggerebegan oleh BIN.


Untuk mengatasi kelemahan tersebut PAN pun menyiapkan sekolah politik bagi para caleg artisnya. Melalui sekolah politik itu, caleg akan diajarkan pendidikan dasar politik. Kemampuan yang harus dimiliki saat bertugas di parlemen


“Kami bekerja sama dengan lembaga konsultan politik, selama tiga bulan akan meningkatkan pendidikan politik bagi mereka. Tidak hanya artis, tapi caleg yang terbilang baru,” kata Ketua Badan Pemenangan Pemilu PAN, Viva Yoga Mauladi, ROL 24/04/2013 .


Bagaimana bisa PAN menyiapkan wakil-wakil rakyatnya itu dengan hanya memberikan kursus singkat selama tiga bulan. Tiga bulan merupakan waktu yang sangat pendek untuk memahami sekian banyak persoalan kebangsaan dan kenegaraan. Sistem perekrutan yang asal comot yang hanya ditambal dengan dengan pembekalan ala kadarnya itu terlihat jelas bila PAN gagal membentuk budaya organisasi yang sehat. Kalau budayanya saja sudah tidak sehat bagaimana mungkin mengharapkan sebuah gagasan brilian. Dari sini saja pernyataan Teguh yang mengatakan bahwa PAN mengandalkan budaya organisasi dan gagasan untuk mendongkrak elektabilitasnya sudah terbantahkan dengan sendirinya. Dan sampai saat ini pun belum pernah terdengar satu pun gagasan yang diusung PAN. Malah, dari berbagai iklannya sangat jelas bila PAN mengandalkan popularitas para selebnya.



sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/12/14/pan-tidak-menjual-figur-tapi-seleb--619157.html

PAN Tidak Menjual Figur, Tapi Seleb | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar