dok. Political Analyzes & Issue Management - LBP Foundation
Kalau kita melihat hasil-hasil survey beberapa lembaga riset di atas, ada empat partai besar yang mendominasi perolehan suara pada Pemilu 2014 yang akan datang. Hanya perbedaannya pada urutan no 1 dan 2, atau 3 dan 4. Yaitu antara Partai Golkar, PDIP, Partai Demokrat, dan Partai Gerindra yang akan meraup banyak suara.
dok. pribadi, idem (spt di atas)
Dari keempat partai tersebut, hanya Partai Golkar sajalah yang telah resmi mendeklarasikan calon presidennya, yaitu Aburizal Bakrie. Meski kita tau bahwa popularitas ARB kian hari kian melorot saja di mata publik, tapi mesin politik PG tidak bisa dipungkiri tetap akan mampu mengeruk suara untuk mendapatkan dukungan yang cukup besar.
Eits.., tapi tunggu dulu… Bang Ical gak bisa gitu aja bisa mulus jadi RI satu bro… Kita simak dulu tingkat popularitas para tokoh-tokoh nasional di Indonesia. Dan kalau pada chart di atas muncul nama Dahlan Iskan, karena memang tingkat elektabilitas DI jika melalui konvensi Partai Demokrat, menempati urutan tertinggi.
Nah, lihat deh, para peserta konvensi PD saja kalau berdasarkan pengenalan foto, masih tertinggal jauh dibanding kepopulerannya bang haji. :)
Melihat data di atas, jika tokoh2 yang paling populer itu mencalonkan diri sebagai capres, maka salah satu “possible scenario” yang akan terjadi adalah seperti ini.
Nampak Prabowo akan unggul dalam perolehan suara jika dari PDIP mencalonkan ‘muka lama’, dalam hal ini Mbak Mega kita pasangkan dengan JK.
Di sini PDIP semestinya cerdik untuk tidak lagi mengusung mbak Mega ke kancah pilpres 2014. Malu kan sudah 2 kali kalah.., mbok ya PDIP musti ‘pasang’ jagoan baru… dan sosok yang paling memungkinkan berdasarkan data di atas adalah Jokowi.
Mari kita simak bagaimana “Jokowi effect” berpengaruh secara signifikan pada prosentase jumlah pemilih yang sebelumnya belum memutuskan siapa pilihannya.
Pada bulan Mei 2013, dukungan terhadap Jokowi masih 20,7% sedangkan yang belum memutuskan masih di angka 19,5%. Lalu di bulan Agustus dukungan Jokowi bertambah signifikan menjadi 31,2% dan prosentase yang belum memutuskan drop menjadi 13,3%.
Tingkat elektabilitas Jokowi pun terus meningkat seiring dengan menurunnya mereka-mereka yang tadinya belum memiliki pilihan siapa capresnya. Hingga Desember 2013 ini dari survey yang dilakukan CSIS (Center for Strategic and International Studies) November lalu adalah sebagai berikut.
dok. pribadi. sumber CSIS
Sebanyak 34,7% responden memilih Jokowi dalam pilihan presiden atau top of mind. CSIS melakukan surveinya dengan metode wawancara langsung tatap muka di 33 provinsi pada tanggal 13–20 November dengan 1.180 responden dan margin of error sebesar 2,85%. Hasilnya setelah Jokowi ada nama-nama seperti Prabowo Subianto (10,7%), Aburizal Bakrie (9%), Wiranto (4,6%), Jusuf Kalla (3,7%), Megawati (3,3%), Mahfud Md. (1,8%), dan Hatta Rajasa (0,6%). Sedangkan sebanyak 22,8% responden menyatakan belum mempunyai pilihan.
Yang mengejutkan dari survey tersebut ternyata dukungan atas Jokowi juga berasal dari para pemilih partai lainnya. Dari para pemilih Partai Demokrat, sebanyak 42,7% mendukung Jokowi, dari para pemilih Partai Golkar, 22,7%, dan pemilih Partai Gerindra, 20,6% yang mendukung Jokowi sebagai capres.
Dengan kenyataan ini, apabila PDIP memiliki skenario untuk mengusung Jokowi maka hasil pertarungan kandidat capres bisa seperti chart di bawah ini.
Yang tadinya Prabowo sangat berpeluang menjadi presiden di 2014 jika bertarung dengan ‘muka-muka lama’ (dan baru dari hasil konvensi), maka dengan masuknya Jokowi ke dalam bursa capres RI 2014, hasilnya pun langsung berbeda jauh.
dok. pribadi. sumber LBP Foundation
Bagaimana jika Jokowi hanya dipasangkan sebagai cawapres, mendampingi mbak Mega? Akankah tetap bisa membantu pemenangan capres dari PDIP?
Gak bisa bro… Prabowo yang tetap akan unggul.
So, PDIP yang paling bisa memiliki peluang untuk mendapatkan momentum besar ini. “Jokowi effect” tidak saja akan mengantarkan PDIP menjadi “the ruling party” tapi juga bisa mendominasi kursi di parlemen. Dengan munculnya sosok Jokowi di kancah politik nasional, perolehan suara PDIP pun akan meningkat.
PDIP berpeluang untuk menambah perolehan jumlah kursinya di parlemen hingga mencapai 200 orang. Meningkat 31-35% (atau bertambah 55 - 83 orang dari jumlah kursi PDIP saat ini).
Maka skenario yang mendekati ideal adalah partai-partai besar lainnya bisa mendekati PDIP untuk berkoalisi sehingga pemerintahan yang akan datang tidak perlu ‘dikuasai’ oleh satu partai besar saja, melainkan ada partai besar lainnya sebagai penyeimbang laju pemerintahan dan demokratisasi di Indonesia.
Bukan tidak mungkin jika kepemimpinan yang mendekati ideal bisa terjadi di tahun 2014, kita akan siap dan lebih matang memasuki era keemasan Indonesia.
(ES)
*Posting ini ditulis karena mau nyoba nge-tag: kotaksuara2014.

0 komentar:
Posting Komentar