harga genset murah

Tombo Ati Keenam


Tadi siang, akun @kurawa sedang ngetwitt tentang upaya merehabilitasi pecandu narkoba. Intinya, biarkan mereka bergaul di lingkungan sosial, jangan buat mereka merasa diasingkan. Aku sepakat dengan cara-cara yang ditawarkan dalam twittnya. Memang banyak yang ogah untuk bergaul dengan orang yang dianggap melanggar norma. Jarang sekali aku menemukan teman yang mau bergaul dengan anak-anak jalanan, preman, atau pelacur. Mereka tidak mau mendekati karena takut ikut terpengaruh perilaku buruk mereka. Sehingga mereka memilih berkumpul dengan orang-orang sholeh, seperti dalam lagu Tombo Ati (obat hati). Dalam lagu Tombo Ati disebutkan, dari lima obat hati, salah satunya adalah berkumpul dengan orang sholeh.



Bagiku, hal ini belum lengkap. Bergaul dengan orang sholeh harus diimbangi dengan bergaul bersama orang bejat. Coba deh, kalau pas sempet ngobrol-ngobrol sama anak jalanan, rasanya bisa terharu mendengar cerita mereka. Mereka punya berbagai fakta yang menjadi alasan mereka tidak mau sekolah dan memilih menjadi pengamen. Ada juga yang menjadi copet, pelacur, dsb dst. Jika kita masih ngebet bergaul dengan orang sholeh saja, siapa yang mau mengurus mereka? Siapa yang akan membantu memecahkan masalah yang mereka hadapi?



Kalau suatu ketika kita bertemu kucing terperosok ke dalam got, apa kita akan bilang ke kucing itu, “Dasar goblog! Tidak becus jalan.” Apa dengan mengatakan seperti itu lantas kucing tersebut bisa tertolong? Analogi dari hal tersebut, kalau kita bertemu pelacur, apa kita akan mengatakan, “Walaa taqrobu azzina?” Apa dengan mengatakan itu saja serta merta membuatnya meninggalkan dunia pelacuran? Belum tentu. Untuk bisa menolong kucing yang terperosok ke dalam got, jangan takut masuk ke dalam got. Begitu juga untuk bisa menolong orang-orang bejat meninggalkan dunia kelam mereka, jangan takut-takut terjun ke dunia mereka. Ajak ngobrol-ngobrol biasa saja, sambil tanya-tanya masalahnya apa. Biasanya anak-anak jalanan suka diajak ngobrol tentang masa lalunya, mereka suka curhat. Terutama anak-anak jalanan di jalan Pantura. Coba aja deh, asik kok.



Dengan berkumpul dengan orang bejat, ini juga bisa menjadi obat hati. Membantu mengendalikan diri dari sikap sombong, merasa lebih baik dari orang lain. Kalau bergaulnya dengan orang sholeh, terus merasa masih kurang, ya jelas. Tapi kalau bergaul dengan orang yang makannya saja dari hasil mencuri, sulit sekali untuk tidak merasa lebih baik darinya. Jadi dengan menambahkan satu obat ini, liriknya akan ditambah menjadi, “Kaping enem, wong kang lacut kumpulono.” (yang keenam, berkumpullah dengan orang bejat). Mau coba? Buat anak kok coba-coba.



Bandung, 2013




sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/08/tombo-ati-keenam--614625.html

Tombo Ati Keenam | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar