harga genset murah

10 Desember, Hari Meludahi Koruptor Sedunia!


10 Desember, Hari Meludahi Koruptor Sedunia !


Kalau korupsi di negeri ini sudah mendarah daging, merasuk sampai ke tulang sumsum manusianya, maka, begitu pulalah kejengkelan dan kegeraman saya terhadap perilaku manusia-manusia korup itu, pun sudah mendarah daging dan merasuk sampai ke tulang sumsum! Zat apapun yang menempel pada tubuh saya, sudah ikut memberontak, sebagai bentuk rasa jengkel, rasa marah dan rasa benci mereka terhadap perilaku manusianya yang tak pernah mau berubah, tak punya rasa malu dan tak pernah merasa bersalah! Apakah kita sebagai bagian bangsa ini –manusia Indonesia- harus mati sia-sia tanpa berbuat apapun, dengan membiarkan setiap gerak-langkah mereka, manusia-manusia parasit itu –para koruptor- terus menggerogoti setiap inci kebaikan (mental dan moral) yang ada pada bangsa kita ini untuk juga menjadi rusak?



Saat menyaksikan sidang korupsi kasus pegawai pajak, GHT, tahun 2012 lalu, maupun para manusia korup yang terkait di dalamnya -dari kalangan penegak hukum, kepolisian, kejaksaan, kehakiman, dan dunia usaha- atau menonton acara talk show di televisi yang memakai pejabat, politikus busuk, pengacara, manusia manusia penjilat dan oportunis sebagai narasumbernya, maka, ingin rasanya saya lebih baik cepat mati saja. Kalau tidak, ingin rasanya menembak hancur televisi itu, agar muka-muka kaum munafik itu enyah dari pandangan saya, karena sudah saking tidak tahannya, daripada saya harus mendengar mereka terus bermain watak, bermain kata, berpanjang mulut, bersilat lidah… Muak!



Seandainya saya punya banyak nyawa, mungkin saya sudah berapa kali harus mengalami mati, karena tidak tahan melihat kerusakan pada perilaku manusianya (pemimpin-pejabat-penguasa-politikus dan sebagian manusia busuk negeri ini), kemudian hidup lagi hanya untuk melihat kelakuan manusianya yang tak pernah mau sadar dan berubah. Hidup di negeri ini, punya banyak nyawa pun percuma. Begitu hidup lagi setelah sebelumnya memilih mati, yang dilihat ya itu-itu juga, penguasanya tetap jadi maling dan begundal, sedangka rakyatnya tetap miskin dan menderita!



Sejak tumbangnya rejim Orde Baru 1998, ekspektasi saya begitu tinggi terhadap bakal adanya perubahan pada bangsa dan negara ini secara menyeluruh. Dan kalau tahun itu juga, 1998, saya memilih mati, agar pada tahun berikutnya, 1999, begitu saya memilih untuk hidup lagi, saya bisa melihat perubahan yang nyata dari perilaku manusianya, dan pada tatanan dan sistemnya. Namun, harapan tinggal harapan, pupus, menjadi pesimisme yang tak pernah bangkit lagi. Jadi, kalau saya harus memilih antara hidup dan mati setiap tahunnya, kalau dihitung sejak kematian saya yang pertama tahun 1998, hidup lagi tahun 1999, mati tahun 2000, kemudian hidup lagi tahun 2001 dan seterusnya, hingga hari ini, tahun 2013, maka sudah berapa kali saya harus mengalami mati? Ketika saya bangkit lagi dari kematian tahun sebelumnya (2012), pun tak melihat kebaikan apa-apa, selain wajah para begundal itu-itu lagi (pejabat baru berwatak lama) dan penderitaan rakyat yang tak pernah ada akhirnya. Selebihnya, ya itu-itu juga yang ada dan terus berulang, kemunafikan, kepura-puraan, kepalsuan, kerakusan, keserakahan, merasa paling baik, paling hebat, paling benar, paling pintar, dst. Kalau begini terus, untuk apa saya memilih mati? Percuma kita punya banyak nyawa, percuma saya memilih mati-hidup mati-hidup. Percuma!



Apakah manusia-manusia seperti di atas itu yang kita inginkan untuk mem perperbaiki bangsa dan memajukan negara? Manusia-manusia korup, manusia-manusia kriminal, manusia-manusia munafik, maling, penjahat, begundal dan bergajul ingin melakukan perbaikan dan perubahan terhadap negara? Yang benar saja! Seandainya meludahi setiap wajah perusak bangsa dan negara itu (manusia-manusia korup/koruptor) bisa menjadikan negara ini menjadi baik dan bisa memberi efek jera bagi yang lain, maka saya akan melakukannya! Sebaliknya, saya dengan suka rela menyediakan wajah saya untuk diludahi oleh kaum busuk itu saat itu juga, seandainya mereka benar-benar mau sadar, mau berubah, mau memperbaiki diri, tidak korup dan munafik lagi! Ini saya serius! Kalau tidak, maka saya yang akan mendahuluinya, meludahi wajah mereka…cuihcuuuh



Daripada kita (bangsa ini) terus bercape diri bicara tentang reformasi, perubahan, keadilan, penegakan hukum dst, yang tak pernah jadi kenyataan, mending kita (rakyat) bertaruh ludah, untuk saling meludahi wajah dengan penguasa busuk itu. Taruhannya adalah, kalau mereka, para pemimpin-pejabat-penguasa-politikus busuk itu masih tetap busuk, maka kita yang meludahi wajah mereka. Sebaliknya, kalau mereka benar-benar sudah berubah, dengan sesadar-sadarnya ingin memperbaiki bangsa dan negara tanpa meminta imbalan dan berpamrih diri, maka kita biarkan mereka meludahi wajah kita sepuasnya! Bagaimana? Siapa yang menantang? Oleh karena itu, mulai hari ini, sejak tanggal terbitnya buku saya ini, untuk setiap tahunnya hingga 5 tahun ke depan, saya menantang para pemimpin (formal) negara ini, yang ada di eksekutif, legislatif, yudikatif, di semua level jabatan, mulai dari pimpinan tertinggi hingga terendah, dari pusat hingga daerah, baik secara pribadi maupun institusi, termasuk mereka yang ada di partai-partai itu, untuk bertaruh meludahi wajah! Itu kalau memang ada yang berani…



Kalau mereka berani untuk tidak lagi berlaku busuk, tidak KKN, tidak menyeleweng, tidak menyimpang, tidak makan suap, tidak bermewah-mewah, dan sebaliknya, hidup sederhana, berlaku amanah, adil, melayani dan benar-benar mengabdi kepada rakyat tanpa pamrih, maka saya akan pasang wajah saya untuk mereka ludahi sepuasnya, kalau perlu sampai air liur di mulut mereka itu kering. Sebaliknya, kalau mereka menyimpang dari semua hal di atas, maka sudah seharusnya mereka mempersiapkan diri dengan kertas tisu di tangan, untuk mengelap wajah mereka yang basah dengan cairan kental dari mulut saya itu…



Untuk semua manusia bangsa ini ketahui, termasuk kaum penguasa yang korup dan busuk itu, seandainya pertaruhan meludahi wajah ini dimulai sejak reformasi tahun 1998 hingga hari ini, tahun 2013, apa jadinya dengan wajah-wajah mereka itu? Berapa banyak menteri, dirjen dan bawahannya yang kena ludahi? Berapa banyak gubernur, bupati, walikota, kepala dinas hingga lurah seIndonesia yang terpaksa harus mengelap wajahnya? Berapa banyak polisi, jaksa dan hakim yang terpaksa harus berganti tisu di tangan? Berapa banyak anggota DPR yang terpaksa gagal studi banding karena mata mereka tertutup oleh cairan kental itu? Belum lagi kalau pengusaha hitam pengemplang pajak dan BLBI diikut sertakan, dan lain-lainnya, berapa banyak lagi yang harus kena ludahi? Mereka semua kalah dan gagal! Kalah memenangi pertaruhan hidup, gagal menjadi manusia baik dan amanah! Mereka tidak bisa mempertahankan akhlaknya untuk tidak berlaku busuk dan korup. Mereka sengaja memilih untuk kalah, sengaja memilih diludahi dan tetap berhati busuk daripada harus kehilangan kesenangan duniawi, kehilangan kesempatan untuk menjadi kaya dari hasil korupsi, menyeleweng, makan suap, mengemplang dst, untuk menjadi koruptor…untuk menjadi manusia yang hanya bisa berbuat kerusakan di muka bumi! Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, berkaitan dengan hari anti-korupsi sedunia yang diadakan setiap tanggal 9 Desember, maka, pada 10 Desember untuk setiap tahunnya, saya tetapkan sebagai Hari Meludahi Koruptor Sedunia! Khusus untuk Indonesia sendiri, sebagaimana korupsi sudah menjadi jalan/cara hidup manusianya, maka, Hari Meludahi Koruptor itu bisa diadakan secara mingguan, bulanan, per tiga bulan, atau menurut kebutuhan. Bahkan setiap hari sekalipun, kalau memang dianggap perlu! G haakh cuuuhh…



sumber : http://politik.kompasiana.com/2013/12/09/10-desember-hari-meludahi-koruptor-sedunia-614920.html

10 Desember, Hari Meludahi Koruptor Sedunia! | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar