Apa yang salah dengan Proteksionisme? Bahkan tokoh sekaliber Mahathir Mohamad pun mendukung Proteksionisme. Sebagai aktivitas muda UMNO, Mahathir telah menunjukkan sikap yang kritis terhadap Tunku Abdul Rahman, ketua UMNO dan Perdana menteri saat itu. Tunku adalah seorang pangeran, aristocrat melayu produk colonial Inggris tapi berpandangan kolot yang menomorsatukan adat dan tradisi. Pandangannya yang paling menyebalkan Mahathir adalah “Tetap membiarkan Etnis China menjadi pedagang sementara Etnis melayu harus jadi pejabat”.
Sampai suatu hari, di kampong Baru, Kuala Lumpur, di daerah Pecinan Chow Kit, mei 1969 terjadi huru-hara anti Cina. Persoalan kesenjangan ekonomi antar etnis tergugah. Itulah titik awal yang mengilhami lahirnya Kebijakan Ekonomi Baru. Tugas KEB tegas. Memberantas kemiskinan dan pemerataan ekonomi lewat campur tangan Negara. Sasaran KEB adalah meningkatkan asset bangsa melayu menjadi sekitar 30 persen.
Kemudian di jaman Mahathir menjadi Perdana Menteri, kaum bumiputera mendapat prioritas dalam pendidikan dan usaha-usaha ekonomi. Mahathir bahkan mengangkat seorang miliuner bumiputera, Daim Zainudin, menjadi Menteri keuangan dalam kabinetnya. Mahathir jelas ingin membuktikan sosok teladan dalan diri Daim. Bahkan Mahathir tak perduli walau dijuluki oleh Lee Kuan Yew sebagai “Ultra Melayu”.
Kenyataannya kini Malaysia menjadi yang terbaik di kawasan Asia Tenggara dengan peran bangsa Melayu di dalamnya. Dengan mengecilnya kemiskinan, tentunya makin memperkecil kesenjangan antar etnis. Sehingga jelas mencegah tumbuhnya rasisme dan fanatisme kelompok. Dengan begitu diperoleh kestabilan dan apa yang selama ini di khawatirkan oleh Lee Kuan Yeow menjadi tidak perlu.

0 komentar:
Posting Komentar