Betapa mirisnya membaca kabar Ospek ITN Malang yang sadis itu. Terlepas infonya valid atau tidak, tapi pada kenyataannya hingga hari ini, sistem Ospek yang jahanam itu masih terus dirawat kok, bahkan malah gaya-gaya Ospek dalam proses perkenalan lingkungan pendidikan tertentu, sudah masuk pula ke level SMP-SMA. Sebagai orang tua, muncullah rasa cemas di hati kita menyangkut masa depan anak-anak kita kelak. Betapa tidak, bagaimana jadinya anak-anak kita nantinya saat memasuki perguruan tinggi. Bukannya dididik nalar dan nuraninya, tapi malah dihajar dan dilecehkan akal dan nuraninya. Akan jadi apa mahasiswa yang mengalami pelecehan semacam itu atas nama Ospek. Terbayang bagi kita, dia pun akan mendapat giliran berikutnya sebagai pelaku, jika sebelumnya sebagai korban.
Tak usah kita bicara soal Ospek yang melecehkan akal sehat itu. Saat anak-anak kita masih usia SD saja, ancaman sadisme dan kerusakan moral begitu menyeramkan. Coba bayangkan, belum kita melangkah sejauh lima puluh meter, di hadapan kita sudah bersua warnet-warnet yang disesaki oleh anak-anak SD-SMP. Tahukah kita apa yang mereka kerjakan di sana?
Saya pernah melihat dan mendengar sendiri apa yang mereka lakukan dan apa pula yang mereka percakapkan. Di warnet-warnet itu, mereka menghabiskan waktu sia-sia untuk game-game virtual yang sama sekali tidak mendidik, kecuali mengasah sadisme dan merusak moral yang kita tanamkan sebagai orang tua kepada mereka. Saya dengar sendiri, seluruh kata-kata kotor yang tidak pantas keluar dari mulut mungil anak-anak itu, nyatanya tumpah begitu saja saat mereka gagal mengekskusi lawan perangnya. Jadilah mereka belajar bersikap kasar, brutal dan sadis. Generasi macam apakah nantinya yang dihasilkan oleh sekolah-sekolah warnet dan play station itu?
Belum juga kita dihadapkan kisah-kisah yang tidak kalah seramnya begitu mereka bergaul di lingkungan SD Negeri yang pada umumnya para gurunya tidak ambil peduli dengan perkembangan sosial dan emosional anak-anak itu. Wadduh…sebagai orang tua kecemasan kita menjadi-jadi. Di SD sampai SMA anak-anak kita terancam oleh warnet, narkoba, sadisme, tawuran, free seks, dst, eeehhh masuk Perguruan Tinggi terancam lagi oleh Ospek. Betul-betul sebagai orang tua kita terjebak oleh dilema, sedangkan anak kita dilanda oleh galau.
Ingin rasanya menyeru pemerintah untuk bertindak menghentikan kegilaan yang mengancam anak-anak kita itu, tapi yaaaah….sudahlah, yang diseru kupingnya sudah bolong melompong gara-gara korupsi. Mereka cuma sibuk dengan urusan pribadinya, sambil memanfaatkan kendaraan jabatan publik yang memang untuk mendapatkan kendaraan itu tidak gratis.

0 komentar:
Posting Komentar