harga genset murah

Berkompasiana, Mengamati Isu Memotret Masa


13868590431978705596

Image: Kompasiana.com



Secara tampilan Kompasiana sebenarnya tidak istimewa, biasa; yang membuatnya berbeda adalah fungsi dan isinya. Dengan konsep blog keroyokan, kompasiana mengakomodir siapa saja dan dari latar belakang apa saja untuk memiliki akun dan memanfaatkannya sebagai media publikasi.


Pada awal kemunculannya, tidak begitu banyak orang memperhatikan Kompasiana, apalagi saat itu orang sudah lebih dulu gandrung dengan blogspot.com atau blogdetik.com yang memungkinkan mereka memiliki blog pribadi dengan mudah dan gratis.


Kelebihan Kompasiana dari blog-blog yang ada adalah daya exposurenya yang tinggi dan jumlah membernya yang besar yang membuat setiap artikel atau tulisan yang dipublished dapat segera dibaca oleh ratusan bahkan ribuan orang. Kelebihan ini membuat setiap anggota ketagihan untuk terus menulis di Kompasiana. Dengan tulisan yang terus update dan dalam jumlah yang banyak membuat Kompasiana menjelma menjadi satu community blog besar, bahkan mungkin terbesar di dunia.


Menulis di Kompasiana telah menjadi “candu” bagi ribuan anggota yang merasa menemukan sebuah media idaman yang bukan saja efektif dan tepat sasaran tetapi juga memberi kebebasan untuk mengekspresikan pandangan terhadap suatu isu, menyampaikan uneg-uneg mengenai sebuah kebijakan, atau menyuarakan gagasan hingga berbagi ide. Setiap anggota juga bebas memilih topik; ekonomi, politik, gaya hidup, sosial, budaya, hukum, teknologi dan lain sebagainya.


Para Kompasioner dalam kenyataannya, selain mempublikasikan tulisan juga memanfaatkan Kompasiana untuk ajang belajar, bersosialisasi atau bahkan membangun nama. Jika ada simbiosis mutualisme yang terbangun: bagi Kompasioner, tulisannya bisa mendapatkan pembaca dengan cepat dan namanya bisa jadi menjelma menjadi celebriti; bagi Kompasiana, meningkatnya blog traffic menjadikannya layak iklan.


Tanpa disadari, para Kompasioner yang secara konstan terus membuat tulisan juga sedang memotret masa. Hal ini terjadi karena tulisan yang dibuat selalu berangkat dari pengamatan atau terinspirsi oleh isu atau topik yang sedang trending. Sehingga bila arsip kumpulan tulisan Kompasioner direntangkan dan dibaca ulang, masing-masing akan menampilkan cerita sebuah masa.


Lebih dari itu, para Kompasioner adalah orang-orang tulus yang “bekerja” tanpa imbalan. Padahal Kompasiana tanpa Kompasioner, bukan apa-apa; Kompasionerlah yang membuatnya terus ada.


Meskipun tanpa pengetahuan jurnalisme yang memadai, hasil tulisan para Kompasioner lumayan cukup bernas, memiliki nilai jurnaslistik, tepat sasaran bahkan mampu mempengaruhi opini dan menjadi perdebatan publik. Hal ini karena para Kompasioner “bekerja” berdasarkan hati bukan perintah seseorang atau vested interest; motif satu-satunya yang ada adalah memotret keadaan dan menampilkannya dalam sebuah tulisan.



sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/12/menjadi-kompasioner-memotret-masa-618732.html

Berkompasiana, Mengamati Isu Memotret Masa | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar