Di kompleks saya tinggal, ada tetangga yang kebetulan menjadi anggota DPRD. Keberadaannya begitu dihormati lantaran istri mudanya geboy total, eh maaf keceplosan. Bukan, bukan itu. Maksud saya: ia amat disegani karena kekayaannya yang buju bunek (luar biasa).
Sayangnya, dalam beberapa kegiatan kampung seperti kerja bakti, ia tampak enggan berbaur. Ada saja alasannya. Mulai pertemuan penting di kantor (kantor DPRD buka pada hari Minggu?), mengawal gubernur Jatim (ente ajudan gubernur atau wakil rakyat sih?), hingga bakti sosial di suatu daerah. Alasan tersebut, menurut saya, mbelgedes semua!
Yang paling menyebalkan adalah seringnya yang bersangkutan tebar pakan lele, ups keliru. Maksudnya, beliau itu terlalu sering berjanji ini itu. Saya sendiri bisa memahami. Itu kan memang ciri khas wakil rakyat. Iya tho?
Terakhir, ia berjanji akan membantu biaya pembangunan sebuah fasilitas warga di lingkungan RW. Namun, hingga sekarang janji hanya tinggal janji. Bablas angine. Kepada aparatur RW, saya berpesan untuk tidak terlalu menggantungkan harapan pada wakil rakyat atau akan kecewa.
Sikap sang wakil rakyat itu mengingatkan saya pada sebuah nasihat dari Zawawi Imron, penyair terkenal asal bumi Madura. Si Celurit Emas pernah mengatakan, brutu ayam jauh lebih mulia karena mendatangkan manfaat berupa telur. Berbeda dengan mulut wakil rakyat yang hanya bisa menjanjikan ”telur”.
Sidoarjo-Surabaya, 15 Desember 2013

0 komentar:
Posting Komentar