harga genset murah

HKSN Sebagai Refleksi Kebangsaan


13869204681400101600Dalam agresi Belanda kedua, Ibu Kota Negara Republik Indonesia Yogyakarta berhasil diduduki oleh kolonial Belanda. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta berhasil ditawan Belanda. Sikap Belanda yang arogan dan tidak mengakui kemerdekaan Negara Republik Indonesia mendapat perlawanan dari segenap rakyat Indonesia.


Indonesia yang telah berdiri sebagai negara berdaulat merasa dilecehkan haknya sebagai bangsa yang merdeka. Perasaan dilecehkan sebagai negara berdaulat menyeruak dalam bentuk perlawanan terhadap kolonial Belanda. Semua lapisan masyarakat melakukan perlawanan. Mulai dari petinggi Republik, Soekarno, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Mohammad Roem, Mohmmad Natsir dan pendiri bangsa lainnya. Dikalangan militer, Jendral Besar Soedirman memimpin perang gerilya.


Sementara di kalangan masyarakat, perlawanan berbentuk empati terhadap tentara dan pejuang mempertahankan kemerdekaan tumbuh di sanubari rakyat. Pendudukan Belanda terhadap Ibu Kota Negara Yogyakarta memunculkan rasa persaudaraan di hati rakyat Indonesia. Semua pihak merasa terpanggil untuk mempertahankan Republik yang baru seumur jagung itu. Perasaan kebersamaan sebagai sebuah bangsa tidak hanya di Pulau Jawa. Di Sumatra Barat, Mr. Syafrudin Prawiranegara memproklamirkan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia yang berpusat di Bukittinggi-Sumatra Barat.


Semua pihak menunjukkan rasa kepedulian sesama anak bangsa. Pelajar mengambil peran sebagai kurir informasi bagi tentara. Perempuan menyediakan logistik dan dapur umum untuk keperluan pejuang. Semua level masyarakat, apa pun status sosialnya ikut serta dalam perjuangan mempertahankan kehormatan bangsa.


Untuk mengenang keindahan kebersamaan sesama anak bangsa dalam mempertahankan Ibu Kota Negara Republik Indonesia oleh pemerintah dikenang atau dijadikan sebagai Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional atau yang biasa disebut dengan HKSN.


Tidak berlebihan jika pemerintah menjadikan peristiwa itu sebagai HKSN mengingat makna kebersamaan dan kepedulian sesama anak bangsa terpatri pada peristiwa tersebut. Hari itu semua pihak merasa terpanggil untuk berkorban untuk sesama. Hari itu tidak ada kata “Aku” atau “Kita”, yang ada adalah kata “Kami”. Putra-putri bangsa rela berkorban untuk kejayaan negara.


Kata “Kami” menjadi ungkapan yang tepat untuk mewakili rasa kebersamaan sesama anak bangsa. Semua elemen masyarakat tidak sempat memikirkan dirinya. Apalagi memikirkan kelompoknya. Semua mencurahkan pikirannya untuk kepentingan yang lebih utama yaitu mempertahankan kemerdekaan dari rongrongan kolonial Belanda.


Betapa indah kebersamaan dan kepedulian yang diwariskan oleh pendiri bangsa ini. Sejarah itu akan selalu terkenang dalam tinta emas perjalanan bangsa. Sejarah itu akan lebih bermakna ketika kita mampu mengejawantahkan dalam konteks kekinian.


Menjadi keharusan bagi kita untuk belajar dari pengorbanan para pendiri bangsa. Pelajaran masa lalu tetap kita butuhkan untuk menjalani kehidupan saat ini dan di masa yang akan datang.


Melihat kondisi sosial kita yang semakin individualistik pelajaran 20 Desember 1948 perlu kita hayati. Harus jujur kita akui, rasa kepedulian terhadap sesama kian terpuruk. Budaya gotong royong kian tergusur oleh materialisme dan sikap individualis.


Kita tidak rela membiarkan materialime dan individualisme menggeser budaya adiluhung bangsa: kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama. Sejatinya kita tidak membutuhkan ceremony untuk memperingati HKSN. Jauh lebih hakiki ketika kita mampu merefleksikan peringatan HKSN ini sebagai bentuk introspeksi kebangsaan. Dimana kepedulian dan kebersamaan itu? Dimana semangat pengorbanan itu…? Sebuah pertanyaan fudanmental yang harus kita jawab bersama.


Dalam skala yang lebih kecil, Kota Bekasi, kesadaran kebersamaan dan kepedulian perlu kita pupuk sebagai modal sosial (capital social). Dalam mewujudakn Kota Bekasi yang maju, sejahtera dan ihsan diperlukan capital social yang bernama kepedulian, kebersamaan dan kesetiaan pada tatanan sosial.


Selamat memperingati HKSN 2013, semoga menjadi refleksi kebangsaan menuju Bekasi maju, Sejahtera dan Ihsan.



sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/13/hksn-sebagai-refleksi-kebangsaan-616202.html

HKSN Sebagai Refleksi Kebangsaan | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar