harga genset murah

Jeritan Manusia Pinggiran


Tersenyum gemulai, meski dalam benak tersimpang stereotipe


Rasa curiga yang berlebih akan pendatang


Dalam hati ia bertanya , nada cemas,


Mencemaskan lahan yang kian sempit


Akankah pula ia akan terampas kembali?



Mata berkaca, gerutu gerahang


Didepan rumah tuhan, ia berucap dalam hati


Ia mengutuk realitas


Berpijak ditanah kelahiran, tapi


Membudak dihadapan tuan



Merdeka dalam slogan, lapar dalam kenyataan


Sejuta waktu menegadah tangan


Bukan hanya dihadapan tuan tapi juga didepan tuhan


Tak secuilpun kasih yang tiba


Hanya rasa geram tuan, sekaligus rasa acuh tuhan



Bumi yang serakah menghempaskan lamunan


Tempat pelarian dari kenyataan



Siang berganti malam, malam berganti siang


Yang ada hanya tragedi


Menyaksikan emas didepan mata,


Deru mesin penambang minyak menyumbat teliga


Tetap saja perut keroncongan



Apa boleh buat,


Kami hanya penontong, menyaksikan dengan pasrah


Sebagian pula merasa terhibur


Perampasan di ujung mata



Iya, itu perampasan


Perampasan kolektif, menguntungkan elit semata



Kini kulit kian keriput, urat-urat kian muncul


Cicit-cucut sudah menumbuh, tapi


Sawah kian menyempit


Yang ada hanya pabrik yang meluas



Bukan main, luasnya melebihi kampung kami



Ini kenyataan,


Ini jeritan,


Ini teriakan,


Sekaligus tetesan air mata



Engkau yang memilih rasa


Kami tidak butuh rasa ibah,


Kami butuh keadilan





_Disudut jalan tak bertepi_





sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/11/jeritan-manusia-pinggiran-615682.html

Jeritan Manusia Pinggiran | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar