harga genset murah

Jokowi Haus Publikasi?


13869588941822737584

Sang gubernur (Gbr; bengkuluekspres)



Ada banyak sorotan terkait dengan gubernur teranyar Jakarta, Joko Widodo yang acap dipanggil sebagai Jokowi itu. Sebagian menyoroti dengan sudut pandang positif, karena merujuk pada kinerja sang gubernur yang dinilai mampu bergerak cepat. Sebagian lainnya menyorot dengan sorotan tajam, mengecam, menghujat, dan dengan berbagai cara sejenis itu. Salah satunya, kenapa eks wali kota Solo itu bisa terus muncul di pemberitaan? Kenapa selalu ada wartawan ke mana saja ia bepergian? Kenapa–khususnya di media-media di Jakarta–selalu saja ada nama dia?


Dari setiap pertanyaan selalu ada saja jawaban. Tapi di antara jawaban ada yang benar tapi tentu juga ada yang tak benar. Di antara jawaban, ada yang terjawab karena paham persoalan, ada pula yang menjawab karena menduga-duga. Sialnya, banyak pihak yang begitu menikmati sesuatu yang tak benar. Banyak orang seolah terangsang dengan kesimpulan yang lebih mirip menduga-duga.


Tapi untuk yang salah pun tak ada yang mau disalahkan. Maka, di sini saya mencoba untuk tidak menyalahkan siapa-siapa. Karena saya tidak tahu seperti apa pengalaman persisnya mereka yang muncul dan mengambil kesimpulan. Saya pun tak begitu tahu soal sosok yang disorot tersebut. Karena jelas, meski ia gubernur, saya pribadi tak dekat dengannya secara akrab. Toh, bicara mengenal siapa pun, hanya bisa benar-benar dikenali oleh orang-orang yang benar-benar siang malam bersamanya.


Untuk ini, hanya istrinya saja pastinya yang paling gubernur yang kini menguasai Jakarta tersebut. Lalu, bagaimana ceritanya ada pihak yang menuding berbagai macam terkait publikasi tentang sang gubernur? Ah saya jadi bertanya kembali. Tapi begitulah kita, ketika mata kita tak mampu melihat sesuatu, maka pilihan paling mungkin hanyalah meraba-raba.


Jelas, meraba-raba hanya memungkinkan memunculkan kesimpulan-kesimpulan dari yang teraba saja, bukan yang terlihat seperti yang sebenarnya. Lalu muncullah tudingan, Jokowi pasti sudah membayar sekian perusahaan media untuk menjadikan dirinya sebagai “Media Darling”. Para wartawan pasti sudah dibayar dengan jumlah menggiurkan sehingga begitu loyal memberitakan gubernur tersebut.


Lalu, pihak partai yang mendukung gubernur ini pun memberikan klarifikasi tentang tudingan itu, “Jokowi tanpa diberitakan pun sudah terkenal.” Menanggapi itu, yang kontra dengan gubernur ini mencibir. Tanggapan pihak terkait dengan tokoh tersebut dianggap hanya sebagai cara untuk mengsterilkan atau meredam dugaan-dugaan terhadap dia.


Saya sendiri tidak tahu, mana pihak yang benar dan mana pihak yang tidak benar di antara pihak yang menuding dengan pihak yang tertuding.


Jika saya tidak haram untuk ikut menuding, maka saya akan memilih menuding kedua-duanya. Meski sebutan “penuding” dan “tertuding” sudah saya sematkan kepada dua kubu itu membuat saya bingung, harus memasukkan diri saya ke mana, penuding jugakah?


Tapi baiklah, kita katakan saja bahwa yang melempar tudingan itu adalah pihak yang kontra dengan Jokowi. Hanya, di antara mereka, ada yang menuding karena kepentingan, selebihnya karena ikut-ikutan. Di antaranya ada karena berpandangan memang perlu obyektif melempar kritik kepada siapa pun menjadi pemimpin. Juga tak sedikit dari mereka yang melakukannya karena faktor sakit hati: entah karena calon gubernur yang mereka jagokan keok.


Ah, untuk alasan terakhir, kukira tak perlulah saat jagoan keok lantas pikiran kita pun ikut keok. Untuk yang sudah bagus apa sulitnya kita akui bagus. Mengakui kelebihan seseorang tak berarti pintu untuk bisa mengkritiknya lantas tertutup bukan? (FOLLOW: @ZOELFICK)



sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/14/jokowi-haus-publikasi-616355.html

Jokowi Haus Publikasi? | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar