Perdebatan yang panjang dimulai kembali dengan gencarnya para elite politik kembali mencari siapa yang di balik Century. Sementara orang berpendapat lain, dengan dalih bahwa semua sudah dalam proses dan sedang berjalan di tangan para penegak hukum.
Rupanya pusaran Century belum usai, kurang lebih 5 tahun kasus ini masih terus “di gosok” dicari aktor dari pengambil kebijakan tersebut yang merugikan negara. Maraknya pemberitaan di media massa maupun elektronik terkait dengan meruncingnya dan semakin menjurus pada Boediono sebagai orang yang bertanggung jawab.
Image politik Indonesia saat ini bisa dinilai sangat idealisme dengan keinginan para politikus yang bersemangat dalam “membasmi” para koruptor. Dalam implementasi di lapangannya ternyata masih dapat di temukan dari hasil penelusuran dan temuan KPK, yang tidak ragu dalam mengejar para koruptor.
Kebebasan dalam berekspresi dan bersuara saat ini sangat pesat dan cenderung “bebas tanpa hambatan”, hanya tinggal memilih lewat media apa akan dituangkannya ide-ide cemerlang. Berbagai event Internasional tersaji di Indonesia dengan berjalan lancar walau terdapat perbedaan pendapat diantaranya. Kondisi demikian sangat baik demi citra aman Indonesia setelah tidak beredarnya isu terorisme, namun muncul dalam tahun politik ini isu yang mulai mengingatkan kita pada era kasus-kasus yang belum usai.
Kematangan dalam mendewasakan diri memang butuh proses, dan proses ini butuh pengolah sebagaimana mengoperasikan komputer yang membutuhkan programer. Diharapkan dalam proses tersebut terdapat kesabaran dalam bertindak maupun melontarkan statement yang dapat dikatagorikan dalam “mencari perhatian”. Hukum masih ada di negeri ini, dan hukum tidak tidur. “when we sleep, God is not”.

0 komentar:
Posting Komentar