harga genset murah

Relawan Muda Mengubah Dunia


“Individually we change ourselves. Together we change the world”, merupakan slogan bagi kami relawan muda bergabung di IIWC (Indonesia International Work Camp). IIWC adalah organisasi kerelawanan internasional pertama di Indonesia sejak 1999 yang bermarkas besar di Semarang, Jawa Tengah. Organisasi ini juga merupakan member dari CCIVS (Coordinating Committee for International Voluntary Service) UNESCO dan NVDA Asia Pasifik serta partner dari ALLIANCE of European Voluntary Service Organizations. Salah satu kegiatannya adalah menyelenggarakan work camp di Semoya, Berbah daerah paska gempa Yogyakarta.


Work camp ini berlangsung sejak 10-23 September 2013 dengan lima participants dari Perancis, Jerman, Jepang, Sumatera Barat dan dua camp leaders mahasiswa STAIN Salatiga serta UNDIP Semarang. Kegiatan jangka pendek ini merupakan yang ketiga kali semenjak gempa Jogja 27 Mei 2006. Saat itu IIWC mengorganisasikan work camp NVDA (Network for Voluntary Development in Asia) bersama seluruh relawan Asia dalam rangka menyatukan solidaritas dan bekerja sama untuk membantu renovasi rumah warga korban gempa khususnya warga daerah Bantul sebagai korban terparah tahun 2008. Disusul work camp kedua pada bulan September 2012.138689602086727382


Work camp kali ini fokus pada education dan kids di TK Aisiyah dan SD Muhammadiyah Semoya. Mereka yang tergabung dalam tujuh relawan muda juga berkolaborasi dengan warga setempat yang bermata pencarian utama petani dan peternak dengan mengadakan kegiatan mulai dari memandikan sapi hingga pembuatan pupuk kompos dari kotoran hewan ternak tersebut. Selain kegiatan utama di sekolah, relawan tersebut berkumpul di camp site, di rumah salah satu warga bernama Mbah Sunar untuk berdiskusi, tukar budaya dan kelas bahasa serta sharing keagamaan.



Peserta manca-negara tersebut sangat terkejut ketika mendengar suara adzan lima kali sehari di Indonesia. “Di Perancis tidak pernah saya dengar suara seperti itu bahkan memakai jilbab di tempat umum seperti sekolah, jalan raya, naik transportasi dilarang dengan alasan setiap warga tidak boleh menunjukkan identitas pribadi dengan alasan kesamaan”, kata Tiphaine seorang pengacara di Taylor Wessing, alumni Sorbone University Paris. Sedangkan bagi Shiori dan Natsuki yang dari Jepang, mereka sendiri tidak memiliki agama sehingga adzan, sholat merupakan hal menarik yang ingin mereka ketahui lebih dalam dan ini benar-benar hal baru yang hanya mereka dapatkan di Indonesia khususnya terkait agama.1386896169198895988


Hal-hal baru lainnya adalah nuansa keramah tamahan dan semangat kegotong royongan yang tidak pernah mereka temukan sebelumnya. Hal ini menjadi point utama yang camp leaders tekankan. Meski pertama kalinya memimpin work camp, perempuan yang sekaligus aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Salatiga yang dibina Dr. Kastolani, M.Ag. tersebut bertanggung jawab penuh terhadap serangkaian acara. “Work camp bisa berjalan dengan lancar tidak lepas dari persiapan saya dan Lidya mulai dari melakukan survey, menyusun jadwal, melobi ke aparat pemerintah setempat meliputi Ketua RT, RW, Polres dan Polsek daerah Semoya, Berbah hingga mengolaborasikan kegiatan dengan warga maupun institusi”, kata Ana.


Selama dua minggu peserta tidak merasakan kendala namun yang mereka rasakan justru semangat kekeluargaan menjadi satu tim, pengalaman yang berbeda dari sebelumnya dan kesan-kesan pertama kalinya mereka harus memasak, mencuci piring, membersihkan camp site, ikut aktivitas peternakan hingga memandikan sapi di Sungai merupakan hal-hal yang mengesankan bagi mereka.


“Di beberapa guide book Indonesia sudah terkenal di mata internasional dengan orang-orangnya yang ramah dan bersahabat. Dari situlah saya tertarik mengunjungi Indonesia dan menyaksikan langsung bagaimana negara tersebut bisa hidup menyatu dengan berbagai keanekaragaman budaya”, ungkap Charlotte Schulz mahasiswi Master Degree Westfalische Wilhelms Universitait Munster.



Di samping itu, mereka juga belajar budaya Nusantara khususnya Jawa dengan berpartisipasi pada pagelaran Wayang semalam suntuk dalam rangka meningkatkan kearifan lokal Kecamatan Berbah di Balai Desa. Kami juga mengenalkan Karawitan, Gamelan dengan ikut acara warga setempat serta ikut ekstra kurikuler anak SD Muhammadiyah Semoya. Inilah kami relawan muda yang ingin mengubah diri sendiri secara pribadi dan bersama-sama mengubah dunia untuk solidaritas dalam pendidikan, peduli lingkungan, dan melestarikan kebudayaan.13868962631484121252


Ana-Stnk- Relawan IIWC, Mahasiswi International Class Program STAIN Salatiga




sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/13/relawan-muda-mengubah-dunia-618119.html

Relawan Muda Mengubah Dunia | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar