Pesona Menakjubkan: Irwan Thahir Manggala - Hingga saat ini saya sudah 5 kali tampil di depan publik (mahasiswa) Makassar. Kampus Universitas Negeri Alauddin Makassar adalah kampus pertama, disaat ada rolling Kompas Muda masuk kampus di Makassar. Pepih Nugraha, utusan Kompas sempat memberi materi Citizen Journalism saat itu. Saya sempat dapat kesempatan tampil kedua di Universitas Hasanuddin Makassar. Saat di Unhas saya mendapaykan dukungan tema terkait mahasiswa dan menulis. Pihak penyeenggara sekaligus pengarah sangat punya daya dorong untuk mahasiswa menulis(buku).
Penampilan ketiga saya dihadapan keluarga besar Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia(UMI) di Hotel Switzbell Makassar. Acara yang digelar bersama Gerakan Penanggulangan Korupsi itu sangat menatik karena menghadirkan unsur stakeholder terkait; Komisi Yudisial, Komisi Ombodsman, KPK, Kejaksaan, Kepolisian. Saya sempay mengutarakan posisi korupsi bak mainan (puzzle) yang tidak lengkap. Akhirnya untuk menutupi kekuarangan anggota mainan puzzle itu - dicarikan celah, bisa dari pojok, tengah - tanpa melihat urgen bentuk mainan puzzle itu yang sebenarnya adalah puzzle manusia. Otak-atik puzzle sama dengan penanganan korupsi di Indonesia, bisa dari depan, belakang, samping, bahkan dari bawah pun boleh.
Penampilan saya bersama mahasiswa UMI Makassar tidak berjauhan dengan keberadaan saya bersama mahasiswa Univertas Negeru Makassar(UNM). Kampus yang lebih dikenal(dulu) IKIP ini memiliki gedung baru yang sangat menarik. Saya tampil dihadapan civitas akademika UNM yang bersama mmenagadakan konfrensi ICOLE (salah satu organisasi yang membidangi pembelajaran dan pengajaran bhasa(Inggris). Alhamdulillah, dari sekian tampilan, saya lebih besar semangat dengan menambah pengalaman, khususnya mulai dikenal mahasiswa Makassar.
Kak Seto di Daerah
Di kota Ambon Provinsi Maluku saya sudah akrab bukan hanya dengan siswa, mahasiswa, tapi masyarakat secara umum bahkan sudah tahu sepak terjang keseharian aktifitas saya. Berbekal rasa penuh nostalgia di masa kanak-kanak di kota Ambon, mulai dari tamat Taman Kanak-kanak (TK)Alhilaal dilanjutkan sampai selesai Sekolah Dasar(SD) Alhilla 3 di kota Ambon, saya tidak akan membiarkan siapa pun yang merampas masa kanak-kanak nan indah di Ambon. Disaat konflik sosial tahun 1999 saya mendapat oase berekspresi seraya berekslorasi mendirikan wadah Sanggar Kreativitas Asuhan Kak Iwan Manggala. Sebelumnya, secara organisasi kelembagaan, saya sempat medapat kepercayaan sebagai Ketua Umum Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia(PII) Provinsi Maluku.
Lewat berbagai even dunia anak dan pendidikannya di kota Ambon hingga sekitar Malaku Tengah, saya secara sosial mendapat penghargaan dengan sebutan panggilan “Kak Seto”. Saya sudah tidak berdomisili di Ambon, kini mengajar di dusun terpencil di kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Semoga dari sepak terjang beraktifitas dan berpenmpilan dengan lingkungan baru di Makassar, nama sebutan Kak Seto itu lebih diterima kalangan akdemisi di kampus Makassar, khususnya menjadi jembatan hubungan perkenalan seraya bersahabat dengan mahasiswa Makassar. Inilah salah satu bekal utama saya untuk menjelajahi kota yang sudah dikategorikan sebagai salah satu kota dunia.
Pattunuang Asue 121213

0 komentar:
Posting Komentar