harga genset murah

Sekedar Catatan Tentang Saling Mengingatkan


Sampai sekarang saya masih galau tentang kata seniman. Begitu mudah sekarang seseorang mendapatkan predikat sebagai seniman. Hanya berbekal beberapa karya yang diambil dari fenomena kehidupan manusia, nongkrong di kantong-kantong kesenian, bergaya unik, berbicara layaknya cendekiawan seni. Dengan itu semua, seseorang sudah merasa berhak menyebut dirinya sendiri sebagai seniman. Namun yang saya selalu sayangkan, predikat seniman itu hanya berhenti pada pakaian saja. Tidak ada kelanjutan dalam tindakan pekertinya.


Setahu saya dari berbagai wejangan yang saya dapatkan selama hidup di jalanan, bahwa seniman itu bukanlah hanya karena dia produktif dalam berkarya seni atau karena warisan dari keluarga ataupun lingkungan, tapi lebih kepada sikap tanggungjawabnya terhadap kata seni itu sendiri. Nah, ini yang tidak terjadi pada sebagian orang-orang yang dengan bangga menyebut dirinya seniman.

Misalnya begini, seorang yang menyebut dirinya itu seniman berkoar-koar melalui suatu garapan karya seni, tentang semakin mengganasnya global warming serta carut marutnya kondisi alam, lalu mengajak kita untuk bersama-sama mengatasinya. Namun selama proses berkoar-koar itu bahkan setelah eksekusi karyanya berakhir, dia sendiri malah dengan santainya dan dengan sadar suka buang sampah sembarangan. Silahkan saudara-saudara menilai sendiri.


Terkait tentang buang sampah sembarangan, saya ingat cerita beberapa bulan yang lalu. Pernah saya hampir dikeroyok oleh orang-orang jenis yang sama dengan saya sebutkan diatas. Orang-orang itu merasa tidak nyaman ketika saya selalu ingatkan untuk tidak membuang sampah sembarangan dan agar selalu menjaga kebersihan. Saya bersikap seperti itu agar orang lain yang hidup pula berdampingan juga merasa nyaman dengan lingkungan yang asri nan indah. Tapi orang-orang yang saya ingatkan itu malah bilang “ngapain sih diatur-atur..kita itu seniman yang tidak bisa dibatasi kreatifitasnya..”. Sebenarnya waktu itu saya mau tertawa geli. Membuang sampah sembarangan tempat kok dianggap sebuah tindakan kreatifnya seniman. Apa salahnya dan susahnya sih menempatkan sesuatu padaa tempat yang semestinya?. Amarah si seniman karbitan saya tidak ladeni. Selain karna si seniman sudah tua (kira-kira hampir 40 tahun, usia yang menurut saya sudah sepatutnya dijadikan panutan yang bijaksana), juga karna saya selalu ingat wejangan bahwa “hati boleh panas tapi kepala tetap dingin”. Maka jadilah saya dianggap tak berani duel kala itu. Yah biarlah.


Saya lalu terpaut pada bagian penutup sajak W.S Rendra Sajak Sebatang Lisong “ Inilah sajakku… Pamplet masa darurat… Apalah artinya kesenian bila terpisah dari derita lingkungan… Apalah artinya berpikir bila terpisah dari masalah kehidupan “. Meskipun saya tahu bahwa W.S Rendra menulis sajak diatas dikarenakan kondisi sosial politik dijamannya. Namun tidak ada salahnya bait-bait dari sajak di atas dipakai untuk saling mengingatkan terhadap hal-hal yang sepele tapi fatal dalam kehidupan. Dan juga, sudah sangat banyak petuah-petuah nenek moyang yang menganjurkan setiap generasi penerus, entah itu seniman, ilmuwan, negarawan dan lain sebagainya agar selalu eling lan waspada dalam melaksanakan memayu hayuning bawana.


Untuk sementara, saya hanya menyoroti dunia kesenimanan dulu, karna saya anggap senimanlah yang paling banyak cerewet mengebu-gebu kalau bicara soal tetek bengek perilaku manusia. Entah itu seniman tulis, seniman rupa dan seniman panggung.


Dengan berbicara seperti ini, bukan berarti saya menganggap bahwa diri saya lebih baik dari orang-orang yang sedang saya gosipkan ini.

Saya tak peduli jika saya dianggap kaku, kolot, konservatif, bodoh dan lain-lain. Yang jelas, saya sudah menumpahkan sebagian uneg-uneg saya dan menjalankan amanah leluhur “rebba sipatokkong, mali siparappe, malilu sipakainge’ “ (jika jatuh saling membantu berdiri, jika hanyut saling membantu menepi, jika lupa saling mengingatkan). Dan untungnya saya bukan seniman karna saya belum bangga menggunakan predikat tersebut. Saya hanya pekerja seni, manusia buruh panggung yang menyenangi keindahan dan kegembiraan :-D .


.

.


**********************************


Tambahan:

Sebelumnya, saya juga pernah mempublis cerpen mengenai suatu dalam dunia seniman. Dan itu hanya salah satu contoh saja.

Silahkan baca >- Jalan Penebusan Dosa (Katanya Sih)

***********************************************



sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/10/sekedar-catatan-tentang-saling-mengingatkan-617103.html

Sekedar Catatan Tentang Saling Mengingatkan | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar