harga genset murah

Tetanggaku yang Katolik Sudah Paham ‘Lakum Dinukum Waliyadin’


Rumah saya di Jogja bertetangga dengan penganut Katolik. Dikanan rumah ada

sepasang suami istri dengan dua anak, kiri rumah ada janda pensiunan PNS

tinggal dengan seorang anak lelakinya. Mereka termasuk rajin beribadah ke gereja

setiap minggunya. Menjelang perayaan natal biasanya akan semakin terlihat sibuk.


Natal jelas bukan perayaan kaum Muslim, sebagai seorang Muslim saya tidak

berkepentingan pada perayaan ini. Mereka, para tetangga ini sangat mahfum

dengan pandangan saya. Prinsip lakum dinukum waliyadin sudah

mereka pahami. Untukmu agamamu, untukku agamaku


Tidak ada alasan untuk tidak enak hati walau mereka tetangga, teman ronda

atau mereka telah mengucapkan selamat Idul Fitri saat saya berhari raya.

Tidak takut dicap tidak toleransi, karena bagi saya toleransi adalah membiarkan

mereka melakukan apa yang mereka yakini tanpa kita ganggu.


Itulah toleransi yang saya pahami, bukan ikut-ikutan kebablasan dalam perayaan

mereka, yang bisa terjebak ke dalam kekufuran. Tidak sampai mengorbankan

aqidah sebagai seorang Muslim. Saya yakin tidak akan mengurangi kebahagiaan

mereka dalam Natal tanpa ucapan selamat dari Muslim, misalnya.


Sekali lagi, cukuplah ayat ke-6 dalam surat al Kafiiruun ini menjadi pegangan

kaum Muslim. Dengan prinsip ini, insyaallah akan tercipta kedamaian bagi sesama

umat bergama ini, lakum dinukum waliyadin, untukmu agamamu, untukku agamaku.


Jogja, 14/12/2013



sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/14/tetanggaku-yang-katolik-sudah-paham-lakum-dinukum-waliyadin-616374.html

Tetanggaku yang Katolik Sudah Paham ‘Lakum Dinukum Waliyadin’ | Unknown | 5

0 komentar:

Posting Komentar