Hari ini saya menghadiri resepsi pernikahan putra bungsu seorang bupati. Sepanjang perjalanan tiap sebentar kendaraan saya terpaksa menepi karena dipepet iring-iringan kendaraan voorijder para pejabat dengan bunyi sirenenya yang meraung-raung. Sesekali sih enggak ada masalah. Tapi ini sering sekali. Jengkel juga.
Selesai acara saya pun kembali ke Padang. Sampai di rumah pas azan magrib. Kendaraan mau saya tarok di garasi persis di depan rumah. Eh, tahunya itu garasi telah berisi kendaraan plat merah BA 17.
Ternyata, kendaraan dinas itu dibawah untuk operasional kampanye pasangan nomor urut 10 Mahyeldi-Emzalmi dari PKS. Kebetulan malam ini ada kampanye Mahyeldi-Emzalmi di lapangan tak jauh dari rumah.
Saya tanya sopirnya, “Uda, apa parkirnya sebentar atau sepanjang acara?”
“Mmm, eng, kalau mungkin iya lama,” katanya.
“Ini garasi tempat mobil saya parkir, area privat,” kata saya tanpa basa-basi.
“Tapi bagaimana kalau nanti mobil Gubernur Irwan Prayitno datang?”
Oooh baru tahu saya ternyata mobil plat merah BA 17 itu dipasang di garasi buat semacam okupasi tempat supaya kendaraan gubernur nanti punya tempat parkir.
“Oh, jangankan mobil gubernur, mobil SBY saja enggak boleh parkir di sini!” jawab saya dengan mimik muka dipasang serius.
Mendengar jawaban tersebut langsung si sopir ngacir membawa kendaraan dinas plat merah BA 17 tersebut. Diparkirnya kendaraan dinas itu di jalan raya tak begitu jauh dari grasi yang diokupasinya tanpa permisi.
(Sutomo Paguci)
0 komentar:
Posting Komentar